Perjuangan Katniss Everdeen, sang Gadis Api menuju pada babak
terakhir. Setelah mendapatkan cerita yang menjembatani perjalanan terakhir dari
Katniss Everdeen ini lewat Mockingjay
Part 1 pada tahun 2014, jelas The Hunger
Games : Mockingjay Part 2 adalah salah satu film yang sangat dinantikan di
tahun ini. Penonton ingin mencari tahu bagaimana kelanjutan dari cerita Katniss
Everdeen yang ditutup dengan penuh
pertanyaan di bagian pertama.
The Hunger Games : Mockingjay
Part 2 kembali disutradarai oleh Francis Lawrence yang mulai dipercayai
menangani seri ini lewat The Hunger Games
: Catching Fire. Jennifer Lawrence pun tetap menjadi sosok Katniss Everdeen
dan mentransfrormasi dirinya menjadi simbol aktris blockbuster yang memiliki efek besar. Jelas, sosok Katniss akan
menjadi salah satu karakter yang berarti dalam rekam jejak pamor dari Jennifer
Lawrence.
Di bagian pertama, Mockingjay
berubah menjadi sebuah drama penuh intrik politik yang membuat sebagian orang
kurang menyukai film ini. Mockingjay Part
1 hanyalah sebuah cerita pengenalan atas konflik-konflik yang akan dihadapi
oleh Katniss Everdeen di bagian kedua. Di bagian kedua ini, segala konflik yang
sudah dilontarkan di bagian kedua diberi sebuah konklusi yang juga mengakhiri
seri ini. Dan The Hunger Games :
Mockingjay Part 2 menjadi sebuah seri penutup yang masih memuaskan dan
menyenangkan untuk diikuti.
Setelah Peeta (Josh Hutcherson) berhasil diselamatkan, dia menyerang
Katniss (Jennifer Lawrence) dan membuat hubungan mereka merenggang. Peeta
dicuci otak oleh Presiden Snow (Donald Sutherland) agar memusuhi Katniss. Hal
itu jelas membuat Katniss terpukul dan semakin menguatkan misinya untuk
membunuh presiden Snow dengan tangannya sendiri. Presiden Alma Coin (Julianne
Moore) tetap tak mau untuk mengirim Katniss langsung untuk menyerang Snow.
Tetapi, Katniss tetap tak mau tahu dan dia pun berusaha agar dia bisa
pergi ke Capitol untuk menyerang Snow. Naas, ketika Snow tahu akan rencana
Katniss beserta teman-temannya untuk menyerang Capitol untuk membunuhnya. Dia
sudah menyiapkan berbagai perangkap di sekitar kota Capitol agar dapat membunuh
Katniss dan timnya. Hal itu pun semakin membuat perjuangan Katniss untuk
membunuh Snow semakin mendapatkan tantangan.
Menjadikan satu buku menjadi dua bagian film memang menjadi sebuah
tren yang diawali oleh Harry Potter and
The Deathly Hallows. Memang, dengan formula itu akan dirasa efektif oleh
rumah produksi untuk mendatangkan banyak keuntungan bagi mereka. Mockingjay adalah salah satu yang
menggunakan formula itu. Buku ketiga dari Suzanne Collins ini pun dibagi
menjadi dua bagian film yang sebenarnya akan menjadi sangat riskan untuk
performa filmnya.
Nyatanya adalah Mockingjay hanya
memiliki satu konflik besar yang sebenarnya tak begitu rumit. Maka, keputusan
untuk dipecah menjadi dua bagian hanyalah gimmick
dari sang rumah produksi untuk mendatangkan keuntungan. Dengan adanya dua
bagian itu, jelas problematika yang besar adalah bagaimana menyamaratakan
performa di dalam filmnya. Isu plot itu jelas jurang besar bagi pamor seri The
Hunger Games yang menjadi salah satu seri adaptasi novel young-adult yang kuat.
Di bagian kedua, The Hunger Games
: Mockingjay Part 2 tidak lagi memiliki konflik yang signifikan. Segala
konflik yang ada di dalamnya hanyalah jawaban dari konflik yang sudah
ditawarkan di bagian pertama. Jelas, ini adalah tantangan yang besar bagi sang
sutradara untuk mengemas Mockingjay Part 2
agar tetap menjadi sebuah film yang tak terasa sia-sia untuk dipecah menjadi
dua bagian. Francis Lawrence benar-benar berusaha keras untuk menyingkirkan
paradigma itu.
Kata ?Aji Mumpung? memang
tak bisa terelakkan ketika Mockingjay
dibagi menjadi dua bagian. Tetapi, Francis Lawrence membuktikan bahwa Mockingjay Part 2 tetap menjadi sajian
yang sangat menggugah minat penontonnya untuk mengikuti filmnya hingga akhir. Mockingjay Part 2 mengubah warna cerita menjadi cenderung lebih
gelap dan murung. Sang sutradara berusaha kuat untuk menghadirkan nuansa cerita
penuh intrik politik yang lebih kental.
Jelas, berubahnya warna cerita itu adalah kekuatan dan potensi besar
dari Mockingjay Part 2. Sehingga,
seri-seri The Hunger Games bukan
hanya sebuah film fantasi petualangan remaja yang hanya lalu. Tetapi,
memberikan pendalaman lebih tentang propaganda politik yang dapat dikaji lebih
lagi. Representasi kediktatoran pemimpin yang mempermainkan bawahannya yang
terlihat secara implisit lewat karakter-karakter seperti Snow ataupun Alma Coin.
Mockingjay Part 2 memberikan
sebuah final battle yang berhasil
membangun suasana mencekam. Dan sang sutradara berhasil benar untuk
menghadirkan hal-hal itu sehingga bagian kedua dari Mockingjay ini tak terasa monoton bagi sebagian penonton.Banyak
beberapa bagian dari Mockingjay Part 2
yang berhasil membuat penontonnya keasyikan menonton petualangan dari Katniss
Everdeen dalam perjalanannya menuju kota Capitol.
Anggap saja, di bagian kedua adegan pertarungan itu adalah penebusan dosa dari bagian
pertama yang sangat minim akan hal itu.
Francis Lawrence tak terlihat terlalu asyik untuk memberikan
pendalaman lebih kepada karakter-karakter yang ada di seri The Hunger Games yang semakin lama terlihat semakin manusiawi. Pun,
lewat naskahnya, The Hunger Games :
Mockingjay Part 2 memiliki dialog-dialog sarkastik terhadap otoritas
pemimpin dan permainan propaganda politik yang tampil secara implisit dan
dibutuhkan interpretasi yang kuat dari penontonnya agar pesan yang dimaksudkan
dapat tersampaikan. Dan hal itu lah yang menjadi poin plus lagi dari seri Mockingjay Part 2.
The Hunger Games : Mockingjay
Part 2 jelas mengajak penontonnya berpikir tentang kebenaran yang kita
bela. Adanya pro dan kontra di dalam memilih kebenaran jelas sudah menjadi
sesuatu yang lumrah. Sehingga, perlu adanya tanggung jawab atas apa yang kita
pilih tentang sesuatu yang kita anggap benar. Dan representasinya lewat karakter
Alma Coin dan Snow, polemik pemilihan pemimpin yang bersih adalah salah satu isu
yang diangkat oleh The Hunger Games :
Mockingjay Part 2 yang dirasa akan relevan di berbagai belahan dunia.
Tak dipungkiri lagi, The Hunger
Games : Mockingjay Part 2 memiliki nilai-nilai produksi dengan estetika
berkelas. Lewat tata kostum, artistik, dan teknik pengambilan gambar yang menarik
menjadi kelebihan lain dari seri ini semenjak Catching Fire. Juga, performa luar biasa tetap dihadirkan oleh
Jennifer Lawrence sebagai karakter Katniss. Dia jelas sosok aktris aset Hollywood yang berhasil menjadi ikon
film blockbuster. Jennifer Lawrence
dapat menghadirkan segala bentuk emosi di dalam setiap adegan sehingga The Hunger Games : Mockingjay Part 2 tak
hanya sebuah franchise kosong.
Dengan pembelahan dua bagian dalam adaptasi buku terakhirnya, jelas
tak dapat dipungkiri bahwa The Hunger Games
: Mockingjay Part 2 memiliki permasalahan lewat pengembangan plot yang
sangat minimalis. Tetapi, Francis Lawrence berusaha keras untuk mengarahkan
seri terakhirnya ini tetap menjadi sebuah film penutup yang memiliki presentasi
yang kuat. The Hunger Games : Mockingjay
Part 2 tetap menghadirkan sebuah petualangan Katniss untuk berhadapan
dengan presiden Snow yang penuh akan intrik politik yang menarik dengan warna
cerita yang murung. Tetapi, itulah potensi dari Mockingjay Part 2 sehingga dapat menjadi seri penutup yang
memuaskan.
Di wilayah asia, film ini dirilis dalam format IMAX 3D dan berikut adalah review dari format tiga dimensi lewat
layar IMAX
DEPTH
Hasil konversi format IMAX 3D tak
berhasil memberikan kedalaman film yang menarik. Sehingga, rasanya kedalaman
The Hunger Games : Mockingjay Part 2
hanya terasa seperti film dua dimensi.
POP OUT
Tak ada sama sekali efek Pop-Out yang mewarnai The Hunger Games : Mockingjay Part 2. Sehingga jelas akan terasa pointless untuk disaksikan dalam format
tiga dimensi.
The Hunger Games : Mockingjay
Part 2 dikonversi menjadi sebuah film tiga dimensi berformat IMAX yang tak memiliki pengaruh
signifikan di dalam filmnya. Sehingga, menyaksikan The Hunger Games : Mockingjay Part 2 dalam format ini hanyalah
sebuah gimmick lagi dari rumah produksi untuk mengeruk keuntungan. Sehingga,
sangat berharap film ini hanya dirilis dalam format IMAX dua dimensi.
No comments:
Post a Comment