Showing posts with label april. Show all posts
Showing posts with label april. Show all posts

Wednesday, 25 November 2015

FAST & FURIOUS 7 (2015) REVIEW : One Last Ride, For Paul


Sebagai salah satu franchise terbesar di perfilman Hollywood dan sudah mencapai seri ke enam, Fast & Furious tentu memiliki banyak fans setia. Meski, pakem cerita dari Fast & Furious pertama hingga seri terakhirnya sudah memiliki banyak perbedaan. Tetapi, Fast & Furious tetap saja menjadi salah satu franchise yang dinantikan kemunculannya bagi semua orang dengan timeline cerita yang mulai menarik. Terlebih, dengan mid-credit scene di seri ke enamnya.
 
Tahun ini, Fast & Furious hadir dengan seri terbarunya untuk melanjutkan timeline cerita dari Fast & Furious 6. Justin Lin, sebagai sutradara, meninggalkan seri ini dan memindah tangankan tempat tertinggi itu ke tangan James Wan. Film ini pun sempat sedikit terhambat karena kabar duka yang menimpa salah satu pemainnya. Paul Walker, salah satu pemeran utama di film ini meninggal akibat kecelakaan mobil di saat proyek film ini sedang berjalan. 


Setelah timeline cerita yang memiliki kesinambungan yang menarik, di Fast & Furious 7 melanjutkan kisah dari seri nomor 6 dan berkesinambungan dengan seri yang ketiga. Di mana, Deckard (Jason Statham) membalaskan dendam adiknya yang sudah di serang oleh Dom (Vin Diesel), Brian (Paul Walker), Hobbs (Dwayne Johnson) serta kawanannya. Hidup mereka pun penuh dengan ancaman yang datang silih berganti yang disebabkan oleh Deckard.

Setelah kejadian na?as yang menimpa Hobbs, Dom dan Brian memutuskan untuk memburu Deckard untuk menangkapnya. Tetapi di tengah misinya untuk memburu Deckard, Dom dan Brian diberi tugas untuk mengambil barang yang sudah meretas sistem keamanan negara. God?s Eye, suatu sistem yang dapat menjadikan apapun menjadi sebuah ?senjata? ampuh untuk mengetahui keberadaan musuh. Dom dan Brian tahu hal tersebut berguna untuk memburu Deckard dan mau menerima misi tersebut.


Setelah Fast Five yang telah mencapai titik paling tinggi dari segala aspek filmnya, tentu mustahil ada seri lain dari film ini yang bisa melampaui seri kelima dari Fast & Furious. Benar juga, Fast & Furious 6 mengalami sedikit kemunduran jika dibandingkan dengan seri kelimanya. Tangan hangat Justin Lin memang bisa membuat franchise Fast & Furious naik level. Meskipun, para fans akan merasa kecewa karena hilangnya pakem ?balapan? yang ditawarkan sejak seri pertama. Tetapi, hal tersebut sudah diperbaiki lewat seri ke enam yang kembali menghadirkan pakem tersebut.

Maka, setelah kepergian Justin Lin dari bangku sutradara, Furious 7 pun berpindah tangan ke James Wan yang biasa menangani film-film horor. Hal ini pun membuat para penonton skeptis bahwa Furious 7 akan bisa tampil prima layaknya kedua seri sebelumnya. Tak di sangka, Furious 7 menjadi salah satu seri terbaik dari aksi Dom dan Brian. Memang tak tampil se-prima Fast Five dalam segi cerita, tetapi Furious 7 memberikan sesuatu yang lebih gila dan berbeda dibandingkan seri lainnya.

Jangan ragukan Fast & Furious dalam memberikan sekuens-sekuens gila menggunakan mobil balap. Akan selalu ada inovasi di setiap serinya saat mengendarai mobil balap. Begitu pun dengan seri terbaru dari franchise ini, James Wan memberikan kegilaan tanpa batas yang memang akan berada di luar logika manusia. Tetapi, inilah tujuan dari franchise ini bukan? Menyajikan kegilaan tanpa batas yang akan membuat penontonnya merasakan sensasi menyenangkan saat menontonnya. 


Akan ada banyak adegan dengan level kegilaan yang sangat besar dan megah. Bagusnya, James Wan pun bisa menghadirkan nyawa ke dalam setiap adegan sehingga rangkaian adegan itu tak hanya menjual kemegahannya tetapi juga ada tensi yang pas di dalamnya. Dan hal ini akan berdampak pada respon penonton yang tak akan berhenti berdecak kagum dan takjub dengan sekuens menyenangkan yang ditawarkan oleh James Wan ke dalam Fast & Furious 7.

Tak hanya decak kagum, tetapi ada sisi emosional yang akan terasa berbeda jika dibandingkan seri-seri sebelumnya. Untuk mengenang Paul Walker, James Wan dan Chris Morgan memberikan adegan penutup yang bisa membuat penontonnya menitihkan air mata. Pintarnya, mereka mengemas adegan perpisahan dengan Paul Walker dengan elegan. Mengemasnya lewat dialog-dialog indah penuh simbol dan makna yang dalam tentang suatu perpisahan dengan seorang sahabat. 


Furious 7 memang tak bisa serapi Fast Five dalam menjalankan setiap ceritanya. Terlalu banyak subplot cerita yang akhirnya membuat Furious 7 pun memiliki masalah dengan lubang-lubang di setiap ceritanya. Akhirnya, beberapa karakter pun memiliki kurang memiliki motivasi kenapa akhirnya dia harus ada di dalam filmnya. Pun, di sekuens paling akhir, akan terasa adanya tarik ulur emosi yang kurang tertangani dengan baik oleh James Wan. Dan hal itu disebabkan karena banyaknya Side Plot yang ditulis oleh Chris Morgan di dalam naskahnya yang tampil kurang rapi.

Naskah milik Chris Morgan pun memang sengaja tampil ringan dan biasa saja dengan penuh konflik klise yang pernah penontonnya lihat di berbagai film serupa. Ayolah, apakah kalian mengharapkan sesuatu penuh twist and turn untuk film Furious 7 agar bisa terlihat bagus? Toh, dengan segala macam plot yang ringan, James Wan masih bisa memberikan segala tensinya yang menyenangkan dan emosional sehingga Furious 7 bisa tampil prima dengan naskah dan plot yang ringan. 


Memang, Furious 7 tak bisa tampil serapi Fast Five yang sudah berada di level yang paling atas dari Franchise ini. Beberapa penuturan kisahnya mungkin akan terkesan masih berantakan sehingga terasa mengendur di adegan final-nya. Tetapi, James Wan berhasil membuat Furious 7 berada sedikit di bawah Fast Five dengan segala sekuens-sekuens gila yang didukung dengan camera work yang mendukung hal gila itu. James Wan berhasil menjadikan Furious 7 lebih terkenang di hati penontonnya and For Paul.

AVENGERS : AGE OF ULTRON (2015) REVIEW : Different Takes for Avengers Sequel


Marvel Cinematic Universe fase kedua sudah mencapai konklusi dari segala bentuk spin-off superhero milik Marvel. Ditutup dengan megah oleh Guardians of The Galaxy, konklusi dari fase kedua ini pun berada di tangan Joss Whedon. Ya, dia kembali menggarap sekuel di mana segala dari superhero Marvel berkumpul dan menyerang musuh. Avengers : Age of Ultron menjadi sebuah proyek superhero yang sangat diantisipasi oleh semua orang, terutama para pecinta film-film superhero milik Marvel.

Fase kedua dari perjalanan Marvel Cinematic Universe ini memang memiliki perbedaan tone cerita yang kental. Terlihat bagaimana Iron Man 3, Thor : The Dark World, dan Captain America : The Winter Soldier yang sedang dalam posisi yang tersudutkan dibandingkan dengan film-film sebelumnya. Begitu pun dengan Avengers : Age of Ultron yang akan terlihat lebih gelap dibandingkan film sebelumnya. Hal itu terlihat di berbagai trailer-nya yang menunjukkan bahwa para jagoan super ini sedang mengalami krisis yang sulit.


Identitas mereka sebagai superhero sedang dalam posisi yang tidak diharapkan. Setelah berhasil menyerang musuh di mana pun, Iron Man (Robert Downey Jr.), Captain America (Chris Evans), Thor (Chris Hemsworth), Hulk (Mark Ruffalo), Hawkeye (Jeremy Renner), dan Black Widow (Scarlett Johansson), malah menimbulkan kekacauan yang semakin banyak dan banyak yang membencinya. Hal ini mendorong Tony Stark ingin membuat suatu program yang dengan menjunjung misi perdamaian.

Ultron, proyek dicanangkan oleh Tony Stork sebagai program yang akan membuat dunia ini damai. Sayangnya, hal itu malah menyerang Tony Stark dan kawanannya sendiri. Ultron yang belum selesai dalam pembuatannya, tiba-tiba membangunkan diri dan berusaha untuk menghancurkan kawanan Avengers. Ultron melarikan diri dan mencoba untuk menguasai dunia dengan bantuan saudara kembar dengan kekuatan super yaitu Scarlet Witch (Elizabeth Olsen) dan Quicksilver (Aaron-Taylor Johnson).


Mencoba untuk memanusiakan para manusia super ini bukanlah hal baru yang pernah dilakukan di perfilman Hollywood. Avengers : Age of Ultron terlihat akan menggunakan formula yang sama dengan DC Comics Universe yang mencoba untuk memanusiakan dan menggelapkan nada cerita di film terbarunya. Akan ada beberapa cerita yang akan menonjolkan sisi humanis dari para Superhero di sekuel Avengers ini, tetapi bukan tujuan seperti itulah yang diinginkan oleh Joss Whedon sebagai sutradara dan tentu saja Kevin Feige sebagai produser Marvel.

Avengers : Age of Ultron bukan mencoba untuk mengubah secara keseluruhan pakemnya menuju sesuatu yang gelap dan humanis layaknya apa yang dicoba oleh Nolan kepada Batman. Tetapi, Joss Whedon memberikan intrik yang lebih dalam Avengers : Age of Ultron ini agar memiliki sesuatu yang lebih dewasa atau tingkatan lebih lanjut di dalam filmnya. Di sinilah, keunggulan dari Avengers : Age of Ultron yang tak dimiliki di film Avengers yang pertama.

Akan ada perbedaan pakem dari seri pertama Avengers dengan seri keduanya. Di seri pertama, akan menitikberatkan pada bagaimana Avengers ini menjadi sesuatu yang menyenangkan dengan plot yang lebih ringan. Dan juga digunakan sebagai tempat di mana para manusia super ini berkumpul untuk pertama kalinya. Sehingga apabila pakem tersebut digunakan kembali untuk film yang kedua, Avengers : Age of Ultron tak akan memberikan sesuatu yang berbeda dan terkesan formulaic.


Avengers : Age of Ultron mencoba untuk mencari sesuatu yang berbeda dari film sebelumnya. Dengan adanya kedalaman karakter di dalam filmnya, Avengers : Age of Ultron memiliki interest yang berbeda dibandingkan dengan film sebelumnya. Setiap karakter manusia super yang ada di Avengers : Age of Ultron terasa lebih hidup dan terasa lebih multidimensional dibandingkan dengan film Avengers sebelumnya. Dengan adanya pendalaman karakter ini, akan membuka akses bagi penontonnya untuk terbentuk relevansi dengan para karakter manusia super.

Dengan adanya kedalaman karakter di Avengers : Age of Ultron, setiap karakter superhero di dalam film ini pun memiliki porsi yang seimbang. Tak seperti film pertama di mana porsi besar ditujukan kepada Tony Stark dan Steve Rogers sebagai penggerak cerita. Naskah milik Joss Whedon memiliki pemaknaan yang dalam di setiap dialognya. Bukan hanya sebagai penggerak cerita dan basa-basi belaka, tetapi ada sesuatu yang terselip yang ingin disampaikan oleh Joss Whedon dengan dialog semantiknya yang dinamis dan cerdas.


Avengers tetaplah produk milik Marvel yang harus mengedepankan sesuatu yang menyenangkan sebagai penyeimbang tone cerita yang mulai kelam. Naskah dari Avengers : Age of Ultron masih diselipi jokes yang dengan mudah membuat penontonnya tertawa. Meskipun, kadar jokes itu lebih sedikit dibandingkan dengan filmnya yang pertama. Tetapi, sedikitnya kadar jokes yang ada di dalam film Avengers : Age of Ultron mungkin dibuat agar tidak merusak tensi cerita yang dibangun sangat apik oleh Joss Whedon.

Pun, dengan action sequences yang jelas mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar dibandingkan dengan film pertamanya. Dengan bertambahnya karakter-karakter baru, film ini akan penuh sesak sehingga dalam eksekusi action sequences harus memiliki treatment yang lebih besar. Dan, Joss Whedon mampu menangkap segala keindahan dan kegilaan action sequences dengan sangat indah, juga diwarnai dengan visual efek yang megah tetapi memiliki emosi yang sangat kuat.


Dan inilah sebuah jawaban bagaimana sebuah sekuel memiliki tingkat kemenarikan yang berbeda dengan film sebelumnya. Avengers : Age of Ultron memiliki sebuah kedewasaan agar sebuah sekuel mencapai kasta yang lebih tinggi dibandingkan dengan film sebelumnya. Avengers : Age of Ultron memiliki tone cerita yang lebih gelap tetapi tak melupakan bagaimana sebuah film manusia super harus bisa mengedepankan unsur menyenangkan agar terasa lebih universal. Dan Joss Whedon tahu benar bagaimana dia menngarahkan Avengers : Age of Ultron agar menjadi paket lengkap itu.

Saturday, 7 November 2015

FAST & FURIOUS 7 (2015) REVIEW : One Last Ride, For Paul


Sebagai salah satu franchise terbesar di perfilman Hollywood dan sudah mencapai seri ke enam, Fast & Furious tentu memiliki banyak fans setia. Meski, pakem cerita dari Fast & Furious pertama hingga seri terakhirnya sudah memiliki banyak perbedaan. Tetapi, Fast & Furious tetap saja menjadi salah satu franchise yang dinantikan kemunculannya bagi semua orang dengan timeline cerita yang mulai menarik. Terlebih, dengan mid-credit scene di seri ke enamnya.
 
Tahun ini, Fast & Furious hadir dengan seri terbarunya untuk melanjutkan timeline cerita dari Fast & Furious 6. Justin Lin, sebagai sutradara, meninggalkan seri ini dan memindah tangankan tempat tertinggi itu ke tangan James Wan. Film ini pun sempat sedikit terhambat karena kabar duka yang menimpa salah satu pemainnya. Paul Walker, salah satu pemeran utama di film ini meninggal akibat kecelakaan mobil di saat proyek film ini sedang berjalan. 


Setelah timeline cerita yang memiliki kesinambungan yang menarik, di Fast & Furious 7 melanjutkan kisah dari seri nomor 6 dan berkesinambungan dengan seri yang ketiga. Di mana, Deckard (Jason Statham) membalaskan dendam adiknya yang sudah di serang oleh Dom (Vin Diesel), Brian (Paul Walker), Hobbs (Dwayne Johnson) serta kawanannya. Hidup mereka pun penuh dengan ancaman yang datang silih berganti yang disebabkan oleh Deckard.

Setelah kejadian na?as yang menimpa Hobbs, Dom dan Brian memutuskan untuk memburu Deckard untuk menangkapnya. Tetapi di tengah misinya untuk memburu Deckard, Dom dan Brian diberi tugas untuk mengambil barang yang sudah meretas sistem keamanan negara. God?s Eye, suatu sistem yang dapat menjadikan apapun menjadi sebuah ?senjata? ampuh untuk mengetahui keberadaan musuh. Dom dan Brian tahu hal tersebut berguna untuk memburu Deckard dan mau menerima misi tersebut.


Setelah Fast Five yang telah mencapai titik paling tinggi dari segala aspek filmnya, tentu mustahil ada seri lain dari film ini yang bisa melampaui seri kelima dari Fast & Furious. Benar juga, Fast & Furious 6 mengalami sedikit kemunduran jika dibandingkan dengan seri kelimanya. Tangan hangat Justin Lin memang bisa membuat franchise Fast & Furious naik level. Meskipun, para fans akan merasa kecewa karena hilangnya pakem ?balapan? yang ditawarkan sejak seri pertama. Tetapi, hal tersebut sudah diperbaiki lewat seri ke enam yang kembali menghadirkan pakem tersebut.

Maka, setelah kepergian Justin Lin dari bangku sutradara, Furious 7 pun berpindah tangan ke James Wan yang biasa menangani film-film horor. Hal ini pun membuat para penonton skeptis bahwa Furious 7 akan bisa tampil prima layaknya kedua seri sebelumnya. Tak di sangka, Furious 7 menjadi salah satu seri terbaik dari aksi Dom dan Brian. Memang tak tampil se-prima Fast Five dalam segi cerita, tetapi Furious 7 memberikan sesuatu yang lebih gila dan berbeda dibandingkan seri lainnya.

Jangan ragukan Fast & Furious dalam memberikan sekuens-sekuens gila menggunakan mobil balap. Akan selalu ada inovasi di setiap serinya saat mengendarai mobil balap. Begitu pun dengan seri terbaru dari franchise ini, James Wan memberikan kegilaan tanpa batas yang memang akan berada di luar logika manusia. Tetapi, inilah tujuan dari franchise ini bukan? Menyajikan kegilaan tanpa batas yang akan membuat penontonnya merasakan sensasi menyenangkan saat menontonnya. 


Akan ada banyak adegan dengan level kegilaan yang sangat besar dan megah. Bagusnya, James Wan pun bisa menghadirkan nyawa ke dalam setiap adegan sehingga rangkaian adegan itu tak hanya menjual kemegahannya tetapi juga ada tensi yang pas di dalamnya. Dan hal ini akan berdampak pada respon penonton yang tak akan berhenti berdecak kagum dan takjub dengan sekuens menyenangkan yang ditawarkan oleh James Wan ke dalam Fast & Furious 7.

Tak hanya decak kagum, tetapi ada sisi emosional yang akan terasa berbeda jika dibandingkan seri-seri sebelumnya. Untuk mengenang Paul Walker, James Wan dan Chris Morgan memberikan adegan penutup yang bisa membuat penontonnya menitihkan air mata. Pintarnya, mereka mengemas adegan perpisahan dengan Paul Walker dengan elegan. Mengemasnya lewat dialog-dialog indah penuh simbol dan makna yang dalam tentang suatu perpisahan dengan seorang sahabat. 


Furious 7 memang tak bisa serapi Fast Five dalam menjalankan setiap ceritanya. Terlalu banyak subplot cerita yang akhirnya membuat Furious 7 pun memiliki masalah dengan lubang-lubang di setiap ceritanya. Akhirnya, beberapa karakter pun memiliki kurang memiliki motivasi kenapa akhirnya dia harus ada di dalam filmnya. Pun, di sekuens paling akhir, akan terasa adanya tarik ulur emosi yang kurang tertangani dengan baik oleh James Wan. Dan hal itu disebabkan karena banyaknya Side Plot yang ditulis oleh Chris Morgan di dalam naskahnya yang tampil kurang rapi.

Naskah milik Chris Morgan pun memang sengaja tampil ringan dan biasa saja dengan penuh konflik klise yang pernah penontonnya lihat di berbagai film serupa. Ayolah, apakah kalian mengharapkan sesuatu penuh twist and turn untuk film Furious 7 agar bisa terlihat bagus? Toh, dengan segala macam plot yang ringan, James Wan masih bisa memberikan segala tensinya yang menyenangkan dan emosional sehingga Furious 7 bisa tampil prima dengan naskah dan plot yang ringan. 


Memang, Furious 7 tak bisa tampil serapi Fast Five yang sudah berada di level yang paling atas dari Franchise ini. Beberapa penuturan kisahnya mungkin akan terkesan masih berantakan sehingga terasa mengendur di adegan final-nya. Tetapi, James Wan berhasil membuat Furious 7 berada sedikit di bawah Fast Five dengan segala sekuens-sekuens gila yang didukung dengan camera work yang mendukung hal gila itu. James Wan berhasil menjadikan Furious 7 lebih terkenang di hati penontonnya and For Paul.