Showing posts with label february. Show all posts
Showing posts with label february. Show all posts

Wednesday, 25 November 2015

NADA UNTUK ASA (2015) REVIEW : Tak Perlu Takut dalam Keterbatasan


HIV/Aids menjadi salah satu topik bahasan penyakit yang sering dibahas di dalam sebuah film. Beberapa film pernah mengangkat penyakit ini menjadi sebuah drama haru biru. Sayang, tak semua film bertemakan hal yang serupa mampu memberikan sebuah pengertian jelas tentang penyakit ganas ini. Semua masih terasa abu-abu dan menjadi sebuah film penyuluhan dengan metode yang sama antar satu film dengan film lainnya.

Seakan tak merasa jera, HIV/Aids kembali diangkat lagi ke dalam medium sebuah film. Kali ini giliran Charles Gozali yang berusaha mengangkat penyakit ganas ini menjadi sebuah drama kehidupan yang mencoba menginspirasi. Nada Untuk Asa yang digarap oleh sutradara Finding Srimulat ini memiliki potensi untuk menjadi film bertemakan sama tetapi dengan kemasan yang berbeda. Dibintangi oleh pemain-pemain handal seperti Acha Septriasa, Marsha Timothy, Wulan Guritno, dan Darius Sinathrya, maka film ini memiliki nilai lebih yang patut diperhitungkan. 


Lantas, apa yang berbeda dari Nada Untuk Asa? Tak ada yang berbeda dari cerita milik Nada Untuk Asa ini. Hanyalah kisah tentang dua orang wanita berbeda generasi yang sedang berjuang untuk hidup dengan penyakitnya. Nada (Marsha Timothy) mendapatkan penyakit ini dari Bobby (Irgi Fahreza), suaminya yang sudah berpulang. Bobby pada awalnya didiagnosa mengidap kanker paru-paru di saat-saat terakhir hidupnya. Tetapi, Gita (Nadila Ernesta) mencoba mencari tahu penyebab lebih kongkritnya. Nada merasa kaget atas penyakit yang ditularkan oleh suaminya ini. Dia merasa pesimis terhadap hidupnya.

Berbeda dengan Asa (Acha Septriasa), dari kecil sudah mengidap penyakit HIV dan harus terpaksa di-PHK oleh bosnya karena sang bos tahu dia mengidap HIV. Asa tetap menerima segala keputusan orang-orang dengan lapang dada. Asa tetap ceria menghadapi hari-harinya hingga akhirnya dia bertemu dengan Wisnu (Darius Sinathrya) di sebuah kafe. Wisnu mulai merasakan sesuatu yang berbeda dengan kepribadian Asa dan mereka selalu bersama-sama.

Kisah perjalanan Asa dan Nada dalam menghadapi penyakitnya inilah yang ditakutkan penontonnya untuk jatuh menjadi sajian penuh derai air mata yang berlebihan. Tak bisa disalahkan, karena penonton sudah terlalu sering ditawarkan film bertema sejenis yang digarap terlalu berlebihan. Tetapi, berbeda dengan Nada Untuk Asa milik Charles Gozali. Karena Nada Untuk Asa tak perlu didramatisir tapi mampu mengundang simpati penontonnya. 


Penonton akan dengan mudah masuk dan memiliki koneksi dengan karakter Nada dan Asa. Karena karakter-karakter yang terinspirasi dari sosok nyata yang diperankan oleh Aktris-aktrisnya ini berhasil memiliki nyawa yang sangat kuat. Tentu itu berkat performa gemilang dari Marsha Timothy dan Acha Septriasa. Meskipun setiap adegan akan tetap dihiasi oleh perang air mata antar karakternya, tetapi tak ada kesan berlebihan. Semua tampil apa adanya dan mampu mengoyak emosi penontonnya.

Marsha Timothy yang memerankan sosok Nada berhasil mengajak penontonnya merasakan kegetiran hidupnya karena musibah yang bertubi-tubi. Peran Nada ini adalah pencapaian luar biasa dari Marsha Timothy. Karena dengan karakternya yang begitu sederhana, Marsha Timothy menunjukkan kualitas akting yang maksimal. Begitu pun dengan Acha Septriasa yang menunjukkan pribadi karakter Asa yang kuat dan ceria. Dan jangan lupakan performa apik dari Wulan Guritno, meski terbatas running time, tapi berhasil mencuri perhatian penontonnya.

Kesederhanaan adalah kekuatan dari Nada Untuk Asa. Di atas sebuah kertas, mungkin Nada Untuk Asa tak memiliki sesuatu yang spesial. Dialog-dialog yang stereotip, penggambaran adegan yang masih sama antar satu film dengan yang lainnya. Tetapi, di tangan Charles Gozali, Nada Untuk Asa berhasil mendapatkan nyawa yang sangat kuat dan nyata. Tanpa adanya eksploitasi air mata dan kesedihan, Nada Untuk Asa tetap ampuh menjadi sebuah tearjerker film yang disajikan ke penontonnya. 


Meskipun, kesederhanaan pula yang menyebabkan Nada Untuk Asa bukan menjadi sesuatu yang sempurna. Masih ada minor di beberapa bagian yang membuat Nada Untuk Asa bergerak terbatas dalam menceritakan setiap narasinya. Juga, beberapa editing yang masih belum halus sehingga beberapa adegan akan terasa meloncat. Tetapi, dikuatkan lewat bagaimana Charles Gozali bertutur untuk menggerakkan pion karakternya yang menyenangkan.

Tertawa di atas derita, ungkapan yang pas untuk Nada Untuk Asa. Tetapi, ungkapan tersebut dikemas menjadi sesuatu yang menyenangkan dan berbeda. Film ini jelas menyampaikan sebuah pesan tentang keberanian untuk menjalani hidup. Meski terbatas oleh penyakit yang ganas, tetapi karakter Nada dan Asa akan merepresentasikan para wanita yang akan terus berjuang melewati hidupnya. Karena hidup tak selamanya tentang bangkit, tetapi akan ada satu poin di mana kita akan jatuh dan harus kembali bangkit lagi. 


Tak ada yang sempurna, Nada dan Asa adalah karakter wanita kuat yang harus jatuh karena penyakit yang dideritanya, begitu pula dengan film arahan Charles Gozali ini. Nada Untuk Asa jelas bukan presentasi sempurna. Tetapi lewat keterbatasan dan kesederhanaan itulah, Nada Untuk Asa berhasil mengeluarkan sinarnya dan dengan mudah mengundang simpati penontonnya. Karena sebuah keterbatasan bukanlah penghambat jika kita masih berani untuk menjalaninya. Nada Untuk Asa punya itu sebagai kelebihannya.

KINGSMAN : THE SECRET SERVICE (2015) REVIEW : Suit Up and Ready for The Mission


Agen rahasia, pistol, dan misi adalah segelintir formula yang digunakan oleh beberap film genre spionase. James Bond 007 adalah sosok ikonik dan masih terus dinantikan setiap filmnya. Juga, franchise dari film Mission Impossible yang menggunakan formula yang sama dan tetap melanjutkan serinya meski tak sebanyak film Bond. Beberapa film spionase pun dibuat setidaknya untuk mengekor kesuksesan kedua film tersebut. Maka, hal ini juga menyerang Matthew Vaughn yang mencoba untuk menggarap sebuah film spionase.

Meskipun, Matthew Vaughn masih tak jauh-jauh dari zona amannya yaitu mengadaptasi komik ternama ke dalam layar lebar. Kick-Ass dan X-Men First Class adalah bukti bahwa Matthew Vaughn memiliki sepak terjang yang bagus dalam mengadaptasi sebuah komik. Tetap mengadaptasi komik milik Mark Miller, Kingsman : The Secret Service adalah adaptasi dari komik berjudul The Secret Service dan menjadi buku kedua dari Mark Miller yang diadaptasi oleh Matthew Vaughn. 


Kingsman : The Secret Service pada awalnya diperkirakan akan rilis pada bulan Oktober 2014. Kemunduran tanggal rilis ini mungkin menjadi sebuah bencana bagi film-film hollywood. Setelah banyak sekali film-film dua bulan ini yang juga mengalami pergantian slot tanggal rilis seperti Seventh Son dan Jupiter Ascending yang ternyata memiliki potensi flop dan konten yang buruk. Tetapi, Kingsman : The Secret Service berbeda, film arahan Matthew Vaughn ini memiliki konten yang sangat menyenangkan dan kuat.

Seorang pemuda badung bernama Eggsy (Taron Egerton) tiba-tiba diajak oleh Harry Hart untuk menjadi sebuah agen mata-mata. Kingsman adalah tempat para mata-mata di kota London berkumpul dan mendapatkan misi mereka. Tetapi, Eggsy harus melewati berbagai macam tes agar bisa menjadi salah satu agen mata-mata di Kingsman. Serta, menggantikan seseorang yang sudah terbunuh saat melakukan tugas.

Agen yang terbunuh itu sedang melakukan tugas untuk menyelamatkan seseorang yang berhubungan dengan Valentine (Samuel L. Jackson), seorang pengusaha kaya yang sedang ingin menguasai dunia. Rencana jahat Valentine adalah membenamkan chip pengontrol pikiran di dalam sebuah sim card yang dibagikan gratis kepada seluruh orang di dunia. Harry Hart dan segala orang yang ada di dalam Kingsman berusaha untuk menghentikan rencana jahat Valentine. 


Menjalankan tugas menjadi seorang mata-mata bukanlah hal yang mudah. Begitupun dengan mengarahkan film-film bertema seperti ini. Jelas, film bertema spionase memiliki formula yang hampir sama dari satu film ke film lain. Hanya saja, bagaimana formula itu bisa dikembangkan lebih luas dan diolah dengan baik oleh sang sutradara. Matthew Vaughn adalah salah satu yang berhasil mengolah formula-formula usang ini lewat film adaptasinya.

Misi Matthew Vaughn adalah bagaimana menjadikan film spionase-nya menjadi film yang menyenangkan, tak terlalu serius tetapi juga tak kacangan. Dengan cita rasa yang dimilikinya, Kingsman : The Secret Service ini dijadikan menjadi sebuah spoof di dalam film spionase yang tetap padat dalam bertutur dan menyenangkan. Dengan pakaian bersetelan lengkap, tentu Kingsman : The Secret Service ini sangat siap menyelesaikan misinya dalam menghibur penontonnya.

Matthew Vaughn menjadikan Kingsman adalah perpaduan antara X-Men First Class dan Kick-Ass yang sama-sama digarap olehnya. Eksekusi Kingsman : The Secret Service ini berhasil sehingga bisa memberikan pengalaman menonton yang sangat lengkap. Mulai dari cerita yang mampu berjalan lancar, porsi aksi yang juga masih mendominasi, serta komedi-komedi renyah yang dapat membuat penontonnya tertawa. 


Matthew Vaughn memberikan dark comedy yang renyah dan tepat sasaran. Belum lagi diselipi adegan-adegan tribut ke beberapa film-film spionase seperti James Bond dan yang lainnya. Juga, adanya beberapa referensi pop culture yang diolah menjadi jokes yang menarik meskipun bagi penonton yang kurang memahami masih bisa menerima guyonan itu. Tetapi, akan lebih terasa menyenangkan jika penonton lebih mengetahui beberapa referensi budaya pop itu karena akan menambah tingkat keasyikannya.

Jika membicarakan film mata-mata, jangan lupakan alat-alat canggih yang digunakan saat melaksanakan tugas. Kingsman : The Secret Service pun tak lupa menyelipkan alat-alat canggih yang menyenangkan. Sesuai dengan tone cerita Kingsman : The Secret Service yang classy, alat-alat canggih itu diselipkan ke barang-barang yang tak terduga. Dengan berbabagai macam alat-alat canggih yang tak terduga itu, setelah selesai menonton, para penonton pasti akan mengidam-idamkan alat canggih di dalam film Kingsman : The Secret Service.

Baku hantam dan adu tembak di dalam film Kingsman : The Secret Service pun menjalankan tugasnya. Tak hanya sekedar tembak sana-sini dan berisik, lebih dari sekedar itu karena akan banyak sekali adegan-adegan kekerasan yang jatuhnya menyenangkan dan terkenang setelah keluar dari bioskop. Meskipun, ada 12 menit adegan di gereja yang harus dipotong oleh LSF dan katanya itu adalah bagian terbaik dari Kingsman : The Secret Service. Tetapi tak perlu bersedih karena masih ada banyak adegan aksi yang menyenangkan.


Kingsman : The Secret Service mungkin masih sedikit terbatas dalam bertutur. Karena subplot yang mungkin terlalu banyak. Alhasil, ada beberapa latar belakang karakter yang tidak sebegitu tuntas dalam bercerita dan hal itu terjadi pada karakter Harry Hart. Yah, mungkin ada sekedar cerita atau adegan formalitas untuk menjelaskan kenapa Harry melakukan itu. Tetapi, adegan tersebut hanya terjadi begitu singkat dan tak terlalu memberikan dampak signifikan terhadap apa yang dilakukan oleh Harry di dalam filmnya. 

Tetapi, Kingsman : The Secret Service tak perlu banyak bercerita yang terlalu rumit karena akan membuatnya menjadi terlalu serius. Matthew Vaughn berhasil memberikan sebuah paket lengkap di dalam film adaptasi komiknya ini. Saat menyaksikan film spionase ini, penonton mendapatkan segala apa yang mereka inginkan mulai dari cerita, adegan aksi, serta komedi renyah dengan balutan adegan gore yang menyenangkan dan memorable. Ya, Kingsman : The Secret Service akan dengan mudah menjadi favorit para penonton. 

Saturday, 7 November 2015

KINGSMAN : THE SECRET SERVICE (2015) REVIEW : Suit Up and Ready for The Mission


Agen rahasia, pistol, dan misi adalah segelintir formula yang digunakan oleh beberap film genre spionase. James Bond 007 adalah sosok ikonik dan masih terus dinantikan setiap filmnya. Juga, franchise dari film Mission Impossible yang menggunakan formula yang sama dan tetap melanjutkan serinya meski tak sebanyak film Bond. Beberapa film spionase pun dibuat setidaknya untuk mengekor kesuksesan kedua film tersebut. Maka, hal ini juga menyerang Matthew Vaughn yang mencoba untuk menggarap sebuah film spionase.

Meskipun, Matthew Vaughn masih tak jauh-jauh dari zona amannya yaitu mengadaptasi komik ternama ke dalam layar lebar. Kick-Ass dan X-Men First Class adalah bukti bahwa Matthew Vaughn memiliki sepak terjang yang bagus dalam mengadaptasi sebuah komik. Tetap mengadaptasi komik milik Mark Miller, Kingsman : The Secret Service adalah adaptasi dari komik berjudul The Secret Service dan menjadi buku kedua dari Mark Miller yang diadaptasi oleh Matthew Vaughn. 


Kingsman : The Secret Service pada awalnya diperkirakan akan rilis pada bulan Oktober 2014. Kemunduran tanggal rilis ini mungkin menjadi sebuah bencana bagi film-film hollywood. Setelah banyak sekali film-film dua bulan ini yang juga mengalami pergantian slot tanggal rilis seperti Seventh Son dan Jupiter Ascending yang ternyata memiliki potensi flop dan konten yang buruk. Tetapi, Kingsman : The Secret Service berbeda, film arahan Matthew Vaughn ini memiliki konten yang sangat menyenangkan dan kuat.

Seorang pemuda badung bernama Eggsy (Taron Egerton) tiba-tiba diajak oleh Harry Hart untuk menjadi sebuah agen mata-mata. Kingsman adalah tempat para mata-mata di kota London berkumpul dan mendapatkan misi mereka. Tetapi, Eggsy harus melewati berbagai macam tes agar bisa menjadi salah satu agen mata-mata di Kingsman. Serta, menggantikan seseorang yang sudah terbunuh saat melakukan tugas.

Agen yang terbunuh itu sedang melakukan tugas untuk menyelamatkan seseorang yang berhubungan dengan Valentine (Samuel L. Jackson), seorang pengusaha kaya yang sedang ingin menguasai dunia. Rencana jahat Valentine adalah membenamkan chip pengontrol pikiran di dalam sebuah sim card yang dibagikan gratis kepada seluruh orang di dunia. Harry Hart dan segala orang yang ada di dalam Kingsman berusaha untuk menghentikan rencana jahat Valentine. 


Menjalankan tugas menjadi seorang mata-mata bukanlah hal yang mudah. Begitupun dengan mengarahkan film-film bertema seperti ini. Jelas, film bertema spionase memiliki formula yang hampir sama dari satu film ke film lain. Hanya saja, bagaimana formula itu bisa dikembangkan lebih luas dan diolah dengan baik oleh sang sutradara. Matthew Vaughn adalah salah satu yang berhasil mengolah formula-formula usang ini lewat film adaptasinya.

Misi Matthew Vaughn adalah bagaimana menjadikan film spionase-nya menjadi film yang menyenangkan, tak terlalu serius tetapi juga tak kacangan. Dengan cita rasa yang dimilikinya, Kingsman : The Secret Service ini dijadikan menjadi sebuah spoof di dalam film spionase yang tetap padat dalam bertutur dan menyenangkan. Dengan pakaian bersetelan lengkap, tentu Kingsman : The Secret Service ini sangat siap menyelesaikan misinya dalam menghibur penontonnya.

Matthew Vaughn menjadikan Kingsman adalah perpaduan antara X-Men First Class dan Kick-Ass yang sama-sama digarap olehnya. Eksekusi Kingsman : The Secret Service ini berhasil sehingga bisa memberikan pengalaman menonton yang sangat lengkap. Mulai dari cerita yang mampu berjalan lancar, porsi aksi yang juga masih mendominasi, serta komedi-komedi renyah yang dapat membuat penontonnya tertawa. 


Matthew Vaughn memberikan dark comedy yang renyah dan tepat sasaran. Belum lagi diselipi adegan-adegan tribut ke beberapa film-film spionase seperti James Bond dan yang lainnya. Juga, adanya beberapa referensi pop culture yang diolah menjadi jokes yang menarik meskipun bagi penonton yang kurang memahami masih bisa menerima guyonan itu. Tetapi, akan lebih terasa menyenangkan jika penonton lebih mengetahui beberapa referensi budaya pop itu karena akan menambah tingkat keasyikannya.

Jika membicarakan film mata-mata, jangan lupakan alat-alat canggih yang digunakan saat melaksanakan tugas. Kingsman : The Secret Service pun tak lupa menyelipkan alat-alat canggih yang menyenangkan. Sesuai dengan tone cerita Kingsman : The Secret Service yang classy, alat-alat canggih itu diselipkan ke barang-barang yang tak terduga. Dengan berbabagai macam alat-alat canggih yang tak terduga itu, setelah selesai menonton, para penonton pasti akan mengidam-idamkan alat canggih di dalam film Kingsman : The Secret Service.

Baku hantam dan adu tembak di dalam film Kingsman : The Secret Service pun menjalankan tugasnya. Tak hanya sekedar tembak sana-sini dan berisik, lebih dari sekedar itu karena akan banyak sekali adegan-adegan kekerasan yang jatuhnya menyenangkan dan terkenang setelah keluar dari bioskop. Meskipun, ada 12 menit adegan di gereja yang harus dipotong oleh LSF dan katanya itu adalah bagian terbaik dari Kingsman : The Secret Service. Tetapi tak perlu bersedih karena masih ada banyak adegan aksi yang menyenangkan.


Kingsman : The Secret Service mungkin masih sedikit terbatas dalam bertutur. Karena subplot yang mungkin terlalu banyak. Alhasil, ada beberapa latar belakang karakter yang tidak sebegitu tuntas dalam bercerita dan hal itu terjadi pada karakter Harry Hart. Yah, mungkin ada sekedar cerita atau adegan formalitas untuk menjelaskan kenapa Harry melakukan itu. Tetapi, adegan tersebut hanya terjadi begitu singkat dan tak terlalu memberikan dampak signifikan terhadap apa yang dilakukan oleh Harry di dalam filmnya. 

Tetapi, Kingsman : The Secret Service tak perlu banyak bercerita yang terlalu rumit karena akan membuatnya menjadi terlalu serius. Matthew Vaughn berhasil memberikan sebuah paket lengkap di dalam film adaptasi komiknya ini. Saat menyaksikan film spionase ini, penonton mendapatkan segala apa yang mereka inginkan mulai dari cerita, adegan aksi, serta komedi renyah dengan balutan adegan gore yang menyenangkan dan memorable. Ya, Kingsman : The Secret Service akan dengan mudah menjadi favorit para penonton.