Showing posts with label Luc Besson. Show all posts
Showing posts with label Luc Besson. Show all posts

Wednesday, 25 November 2015

TAKEN 3 (2015) REVIEW : Season Finale of Kidnapping Bryan Mills?s Famiy Member


?I will find you, and I will kill you? line ini sangat menempel di pikiran penontonnya lewat karakter Bryan Mills lewat seri-seri Taken. Karakter fiktif hasil pemikiran Luc Besson ini memang mendapat perhatian lewat film aksinya yang menegangkan di film pertama. Dengan adanya Hype yang besar, Taken 2 muncul tahun di 2012. Dihadirkan kembali 3 tahun setelahnya lewat Taken 3. Ya, tahun ini Taken kembali hadir menyapa penontonnya dan digadang-gadang seri ketiganya ini adalah penutup dari seri Taken.


?It Ends Here? adalah tagline yang digunakan untuk film ketiga ini. Tetapi, tak menutup kemungkinan Taken seri ke empat akan hadir untuk menyapa penontonnya. (Semoga itu rumor). Setelah Pierre Morel memberikan tongkat estafetnya kepada Oliver Megaton untuk mengarahkan seri keduanya, Maka di Taken 3 ini Oliver Megaton kembali mengarahkan cerita milik mantan anggota CIA, Bryan Mills dalam melindungi anggota keluarganya. Ya, Setelah anaknya yang diculik, mantan istrinya yang diculik di seri kedua, lantas siapa yang jadi korban di seri ketiga ini? 


Di seri ketiga ini tidak ada yang menjadi korban penculikan. Tetapi, Bryan Mills (Liam Neeson) harus kehilangan seseorang yang pernah dicintainya dan masih menjalin hubungan pertemanan hingga sekarang. Lenore (Famke Janssen), sang mantan istri ditemukan tergeletak tanpa nyawa di kamar apartemen milik Bryan Mills. Polisi pun menyergap kamar apartemennya dan menganggap bahwa Bryan Mills lah yang membunuh Lenore.

Bryan Mills melarikan diri dan berusaha untuk membuktikan kepada polisi bahwa dia tak bersalah. Bryan Mills juga meyakinkan sang anak, Kim Mills (Maggie Grace) bahwa dia bukanlah pembunuh ibunya. Kim juga membantu Bryan untuk menemukan siapa pembunuh Lenore. Bryan meminta dua hari kepada polisi untuk menemukan sang pembunuh sebenarnya. 


Kesalahan yang dilakukan sekuel Taken di seri kedua adalah menggunakan formula yang sama dengan perlakuan yang berbeda. Tentu, Oliver Megaton merasa harus ada sesuatu yang baru untuk ditawarkan kepada penontonnya di seri ketiga film Taken. Apalagi, seri ketiga ini digadang-gadang akan menjadi penutup dari seri petualangan Bryan Mills dalam melindungi anggota keluarganya. Taken 3 pun (terlihat) memiliki dasar cerita yang berbeda sebagai premis yang dikembangkan ke dalam 100 menit filmnya.

Taken 3 sebenarnya tidak benar-benar berbeda dengan seri-seri sebelumnya. Perlakuan yang dilakukan oleh Taken 3 pun hampir sama dengan film-film sebelumnya. Hanya saja, Taken 3 kali ini berubah menjadi sebuah film aksi spionase penuh misteri. Taken 3 sangat berusaha memberikan sesuatu yang berbeda daripada film-film sebelumnya. Meski tak mulus, harus diakui bahwa Taken 3 ini benar-benar berbeda ketimbang film sebelumnya.

Apa yang berbeda di seri ini jelas ada pada bagaimana porsi drama keluarga akan hadir lebih kental daripada seri-seri sebelumnya. Taken 3 lebih mengekspos hubungan ayah anak antara Bryan dan Kim yang diperlihatkan sangat dekat dan penonton akan dibuat simpati kepada kedua karakter tersebut. Oliver Megaton pun juga terlihat seperti ?memanusiakan? karakter Bryan Mills yang biasanya terlihat sangat dingin di setiap serinya. 


Bryan Mills di film ini akan terlihat lebih hangat dan membentuk sebuah karakter yang berbeda dengan Bryan Mills di film-film sebelumnya. Pun, apa yang dialami oleh Bryan Mills di film ini pun terkesan memiliki beban yang begitu berat. Sehingga, Bryan Mills benar-benar dibuat berada di posisi terburuk dalam kehidupannya. Inilah yang dimaksud bahwa Oliver Megaton berusaha ?memanusiakan? karakter Bryan Mills.

Perbedaan selanjutnya berada pada perlakuan plot cerita yang sudah digunakan oleh film-film lainnya ke dalam film ini. Taken biasanya cenderung menggerakkan alur ceritanya dengan lurus-lurus saja hingga akhir film. Di Taken 3, Oliver Megaton ingin memberikan cerita dengan twist and turn yang dikabulkan di dalam naskah yang ditulis oleh Luc Besson bersama timnya. Bagus, Oliver Megaton mulai paham bahwa penonton akan bosan jika mengulang template cerita yang sama untuk triloginya.

Tetapi, Oliver Megaton pun belum bisa menggunakan potensinya untuk mengarahkan filmnya. Taken 3 yang lebih dominan lewat drama keluarga antara Kim dan Bryan Mills ini akan terasa terlalu dipanjangkan. Belum lagi, beberapa lubang besar dalam plot penggerak ceritanya yang seperti ditulis asal-asalan di film Taken 3 agar lebih terasa twist and turn-nya. Hasilnya, Taken 3 malah menyisakan lubang-lubang besar yang menganga lebar tanpa ada usaha dari Oliver Megaton untuk menutupi lubang tersebut.


Meskipun Oliver Megaton berusaha untuk ?memanusiakan? Bryan Mills, tetapi sosok Bryan tetap saja menjadi sosok yang kuat dan tak tertandingi oleh siapapun. Bryan tetap menjadi sosok mantan CIA yang didewakan oleh siapapun. Karena masih ada beberapa adegan yang malah membuat penonton bergumam ?lho, kok bisa?? di dalam 100 menit film ini. Banyak adegan-adegan yang kurang masuk akal di dalam Taken 3 dan membuat dahi penonton berkerut.

Taken 3 memang diperuntukkan kepada penonton yang ingin duduk, menutup mata, dan mematikan otak untuk menikmati menit demi menit seri ini. Oliver Megaton berusaha untuk membedakan seri ketiga ini dengan seri-seri sebelumnya dengan menitikberatkan sosok Bryan Mills yang ?dimanusiakan? meski masih salah kaprah. Juga, hubungan ayah-anak yang dipertontonkan lebih dalam untuk menarik simpati penontonnya lewat karakter Bryan dan Kim. Maka, Taken 3 adalah sebuah film penutup dari trilogi Taken. Tetapi, siap-siaplah jika Bryan Mills kembali di seri keempat. Tetapi, semoga tidak.

Saturday, 7 November 2015

LUCY (2014) REVIEW : SHE?S (NOT) REALLY HIT THE 100 % CAPACITY


Mungkin jarang yang tahu siapa itu Luc Besson, bukan? Bagaimana jika disebutkan beberapa film seperti Transporter, 3 Days To Kill, dan Taken? Ya, nama Luc Besson memang sudah tidak asing lagi di film-film aksi spionase. Pria asal perancis ini mungkin lebih banyak mengambil andil dalam menuliskan setiap adegan lewat naskah. Pun dia juga pernah mengarahkan filmnya sendiri dan pernah menyapa penontonnya di tahun lalu lewat Malavita atau The Family.
 
Kali ini, sineas perancis ini kembali menyapa penontonnya. Dengan didistribusikan oleh Universal Pictures, Luc Besson mengajak aktris cantik Scarlett Johansson di film terbarunya. Terlalu lama berkutat dengan film spionase, Luc Besson menjajal genre baru yaitu Science Fiction. Sineas asal perancis, Luc Besson mendapat kesempatan untuk mengarahkan dan menulis sendiri film terbarunya dengan judul Lucy. 


Apa yang ditawarkan oleh Lucy sebagai film science fiction? Dimulai saat Lucy (Scarlett Johansson) diberi perintah oleh sang cinta satu malamnya untuk mengantarkan koper kepada Mr. Jang (Choi-Min Sik). Pada awalnya, Lucy tidak mau hingga akhirnya Lucy terpaksa mengantarkannya ke MR. Jang karena tangan Lucy terkunci dengan koper yang harus diantar. Lucy pun berusaha menemui Mr. Jang agar bisa melepaskan diri dari koper tersebut.

Na?as, bertemunya Lucy dengan Mr. Jang malah merubah kehidupan Lucy. Mr. Jang adalah gangster yang melakukan transaksi narkoba versi terbaru, CPH4 yang harus dikirim ke berbagai belahan dunia. Lucy dijadikan seorang kurir yang mengantarkan paket CPH4 di dalam perutnya. Suatu ketika, paket berisi CPH4 di dalam perutnya ini bocor dan meracuni organ tubuhnya. Tak disangka, CPH4 mengubah Lucy sehingga bisa menggunakan kemampuan otaknya hingga 100 persen. 


Risky way to talk about human.

Setelah lama terus berkutat pada proyek-proyek film spionase, Luc Besson menjajal genre Science Fiction yang bisa menjadi bumerang bagi dirinya. Lucy memang memiliki tidak menawarkan hal baru untuk film ini. Sebuah obat sintetis buatan baru yang merubah kegunaan organ tubuh manusia yang sudah pernah digunakan di film Limitless. Tetapi, sesuatu berbeda digunakan oleh Luc Besson dalam presentasi di film Lucy kali ini.

Apa yang berbeda? Ya, penggunaan narasi untuk memaparkan setiap adegan film Lucy inilah yang berbeda. Mungkin, Luc Besson menginginkan sesuatu eksperimental namun tetap mempertahankan gaya khas Luc Besson dalam film-film spionase-nya seperti biasa. Ditilik dari bagaimana Lucy ini memaparkan proses evolusi manusia bisa dibilang mencomot atau berkiblat pada film milik Stanley Kubrick's 2001 : A Space Odyssey (dan memang Luc Besson terinspirasi dari film tersebut) bertemu dengan Terrence Malick's The Tree of Life.

Menawarkan beberapa lambang atau pun simbol metaforik yang menuntun penonton ke dalam 89 menit tentang Lucy dan perubahannya. Visual layaknya sel-sel, proses terbentuknya bumi, zaman pra-histori yang bisa dibilang berada di luar konteks film Lucy sendiri menemani penonton untuk menangkap sendiri makna dari narasi Luc Besson yang tidak seperti biasanya. Sangat mengejutkan terlebih film Lucy ini sendiri masih dipromosikan sebagai film science fiction mainstream untuk menarik penonton. 


Lucy bisa dibilang adalah sebuah film yang eksperimental bagi Luc Besson. Mungkin di film ini, sineas asal perancis ini berusaha untuk keluar dari zona nyamannya untuk menyajikan sebuah film science fiction yang juga masih penuh dengan signature ala dirinya tetapi dengan penuturan metaforik yang merupakan hal yang baru baginya which is good but there?s something bad happened too in this movie. Ya, sesuatu yang cukup riskan untuk memaparkan narasi film Lucy dengan cara yang berbeda ini karena akan membuat penontonnya terbelah ke dalam dua kubu yang berbeda. Di mana akan ada penonton yang menyukainya dan ada penonton yang akan sangat membenci film Lucy.

Tetapi Lucy bukan berarti suatu film metaforik masterpiece dengan unsur fiksi ilmiah layaknya 2001 : A Space Odyssey. Lucy masih memiliki banyak keterbatasan yang harusnya bisa diolah ulang agar lebih baik. Film ini terkesan ambisius untuk memaparkan narasinya yang absurd itu dengan fast pace non-stop action yang menarik penonton awam. Akhirnya, film ini seperti memiliki dua babak yang berdiri sendiri dan mencoba untuk dipersatukan tetapi masih ada dinding yang membatasi hal tersebut. 


Untuk sebuah film science fiction pun, konsentrasi Luc Besson masih tidak bisa terfokus dan meninggalkan signature-nya. Akhirnya, Lucy pun not stay on the science fiction track tetapi menjadi film aksi non-stop di segmen kedua filmnya. Kesan ambisiusnya untuk mencoba keluar dari zona nyamannya pun terlalu berlebihan. Ya ada baiknya untuk Luc Besson, akhirnya dia berkonsentrasi di bagian cerita agar berjalan seimbang. Tetapi, hal tersebut malah membuat Luc Besson tersesat dan tidak tahu bagaimana caranya untuk membawa cerita menarik ini berakhir. 


Ending film bisa dibilang hampa dan tidak memiliki pengertian yang cukup jelas. Sepertinya Luc Besson memang sengaja untuk memberikan sebuah ending yang hampa tersebut tanpa penjelasan yang cukup agar penonton bisa berinterpretasi sendiri dengan adegan tersebut. Beberapa akan menyebut ending tersebut menggelikan meskipun 10 menit akhir adalah sebuah perjalanan evolusi yang cukup memiliki arti lambang yang cukup dalam. 


Seperti halnya karakter Lucy di film ini yang tak sengaja menjadi kelinci percobaan dari obat sintetis CPH4, film arahan Luc Besson ini pun bernasib sama. Ini sesuatu eksperimental karya Luc Besson yang mencoba keluar dari zona nyamannya. Menarik jika disimak ketika filosofi penggunaan otak manusia hingga proses evolusi yang ditampilkan secara metaforik dan di-blend dengan non-stop fast paced action ala Luc Besson. Meskipun terlalu over the top dan penanganan yang masih mediocre, Lucy belum bisa menjadi masterpiece tetapi ini adalah sebuah film science fiction yang sayang untuk dilewatkan. 

TAKEN 3 (2015) REVIEW : Season Finale of Kidnapping Bryan Mills?s Famiy Member


?I will find you, and I will kill you? line ini sangat menempel di pikiran penontonnya lewat karakter Bryan Mills lewat seri-seri Taken. Karakter fiktif hasil pemikiran Luc Besson ini memang mendapat perhatian lewat film aksinya yang menegangkan di film pertama. Dengan adanya Hype yang besar, Taken 2 muncul tahun di 2012. Dihadirkan kembali 3 tahun setelahnya lewat Taken 3. Ya, tahun ini Taken kembali hadir menyapa penontonnya dan digadang-gadang seri ketiganya ini adalah penutup dari seri Taken.


?It Ends Here? adalah tagline yang digunakan untuk film ketiga ini. Tetapi, tak menutup kemungkinan Taken seri ke empat akan hadir untuk menyapa penontonnya. (Semoga itu rumor). Setelah Pierre Morel memberikan tongkat estafetnya kepada Oliver Megaton untuk mengarahkan seri keduanya, Maka di Taken 3 ini Oliver Megaton kembali mengarahkan cerita milik mantan anggota CIA, Bryan Mills dalam melindungi anggota keluarganya. Ya, Setelah anaknya yang diculik, mantan istrinya yang diculik di seri kedua, lantas siapa yang jadi korban di seri ketiga ini? 


Di seri ketiga ini tidak ada yang menjadi korban penculikan. Tetapi, Bryan Mills (Liam Neeson) harus kehilangan seseorang yang pernah dicintainya dan masih menjalin hubungan pertemanan hingga sekarang. Lenore (Famke Janssen), sang mantan istri ditemukan tergeletak tanpa nyawa di kamar apartemen milik Bryan Mills. Polisi pun menyergap kamar apartemennya dan menganggap bahwa Bryan Mills lah yang membunuh Lenore.

Bryan Mills melarikan diri dan berusaha untuk membuktikan kepada polisi bahwa dia tak bersalah. Bryan Mills juga meyakinkan sang anak, Kim Mills (Maggie Grace) bahwa dia bukanlah pembunuh ibunya. Kim juga membantu Bryan untuk menemukan siapa pembunuh Lenore. Bryan meminta dua hari kepada polisi untuk menemukan sang pembunuh sebenarnya. 


Kesalahan yang dilakukan sekuel Taken di seri kedua adalah menggunakan formula yang sama dengan perlakuan yang berbeda. Tentu, Oliver Megaton merasa harus ada sesuatu yang baru untuk ditawarkan kepada penontonnya di seri ketiga film Taken. Apalagi, seri ketiga ini digadang-gadang akan menjadi penutup dari seri petualangan Bryan Mills dalam melindungi anggota keluarganya. Taken 3 pun (terlihat) memiliki dasar cerita yang berbeda sebagai premis yang dikembangkan ke dalam 100 menit filmnya.

Taken 3 sebenarnya tidak benar-benar berbeda dengan seri-seri sebelumnya. Perlakuan yang dilakukan oleh Taken 3 pun hampir sama dengan film-film sebelumnya. Hanya saja, Taken 3 kali ini berubah menjadi sebuah film aksi spionase penuh misteri. Taken 3 sangat berusaha memberikan sesuatu yang berbeda daripada film-film sebelumnya. Meski tak mulus, harus diakui bahwa Taken 3 ini benar-benar berbeda ketimbang film sebelumnya.

Apa yang berbeda di seri ini jelas ada pada bagaimana porsi drama keluarga akan hadir lebih kental daripada seri-seri sebelumnya. Taken 3 lebih mengekspos hubungan ayah anak antara Bryan dan Kim yang diperlihatkan sangat dekat dan penonton akan dibuat simpati kepada kedua karakter tersebut. Oliver Megaton pun juga terlihat seperti ?memanusiakan? karakter Bryan Mills yang biasanya terlihat sangat dingin di setiap serinya. 


Bryan Mills di film ini akan terlihat lebih hangat dan membentuk sebuah karakter yang berbeda dengan Bryan Mills di film-film sebelumnya. Pun, apa yang dialami oleh Bryan Mills di film ini pun terkesan memiliki beban yang begitu berat. Sehingga, Bryan Mills benar-benar dibuat berada di posisi terburuk dalam kehidupannya. Inilah yang dimaksud bahwa Oliver Megaton berusaha ?memanusiakan? karakter Bryan Mills.

Perbedaan selanjutnya berada pada perlakuan plot cerita yang sudah digunakan oleh film-film lainnya ke dalam film ini. Taken biasanya cenderung menggerakkan alur ceritanya dengan lurus-lurus saja hingga akhir film. Di Taken 3, Oliver Megaton ingin memberikan cerita dengan twist and turn yang dikabulkan di dalam naskah yang ditulis oleh Luc Besson bersama timnya. Bagus, Oliver Megaton mulai paham bahwa penonton akan bosan jika mengulang template cerita yang sama untuk triloginya.

Tetapi, Oliver Megaton pun belum bisa menggunakan potensinya untuk mengarahkan filmnya. Taken 3 yang lebih dominan lewat drama keluarga antara Kim dan Bryan Mills ini akan terasa terlalu dipanjangkan. Belum lagi, beberapa lubang besar dalam plot penggerak ceritanya yang seperti ditulis asal-asalan di film Taken 3 agar lebih terasa twist and turn-nya. Hasilnya, Taken 3 malah menyisakan lubang-lubang besar yang menganga lebar tanpa ada usaha dari Oliver Megaton untuk menutupi lubang tersebut.


Meskipun Oliver Megaton berusaha untuk ?memanusiakan? Bryan Mills, tetapi sosok Bryan tetap saja menjadi sosok yang kuat dan tak tertandingi oleh siapapun. Bryan tetap menjadi sosok mantan CIA yang didewakan oleh siapapun. Karena masih ada beberapa adegan yang malah membuat penonton bergumam ?lho, kok bisa?? di dalam 100 menit film ini. Banyak adegan-adegan yang kurang masuk akal di dalam Taken 3 dan membuat dahi penonton berkerut.

Taken 3 memang diperuntukkan kepada penonton yang ingin duduk, menutup mata, dan mematikan otak untuk menikmati menit demi menit seri ini. Oliver Megaton berusaha untuk membedakan seri ketiga ini dengan seri-seri sebelumnya dengan menitikberatkan sosok Bryan Mills yang ?dimanusiakan? meski masih salah kaprah. Juga, hubungan ayah-anak yang dipertontonkan lebih dalam untuk menarik simpati penontonnya lewat karakter Bryan dan Kim. Maka, Taken 3 adalah sebuah film penutup dari trilogi Taken. Tetapi, siap-siaplah jika Bryan Mills kembali di seri keempat. Tetapi, semoga tidak.

Tuesday, 27 October 2015

Lucy

***DISCLAIMER*** The following review is entirely my opinion. If you comment (which I encourage you to do) be respectful. If you don't agree with my opinion, that's fine. To each their own. These reviews are not meant to be statements of facts or endorsements, I am just sharing my opinions and my perspective when watching the film and is not meant to reflect how these films should be viewed. Finally, the reviews are given on a scale of 0-5. 0, of course, being unwatchable. 1, being terrible. 2, being not great. 3, being okay. 4, being great and 5, being epic! And if you enjoy these reviews feel free to share them and follow the blog or follow me on Twitter (@RevRonster) for links to my reviews and the occasional live-Tweet session of the movie I'm watching! The film doesn't go into it but her last name is Goosey.



Lucy ? 2 out of 5


Here?s another movie that pushes the myth that we humans only utilize 10% of our brains and that if we were able to use all 100%, we would somehow gain superpowers that would instantly grant use a full free ride to Charles Xavier?s School for Gifted Youngsters. The reality is we DO use 100% of our brain and NO we don?t have dormant super powers waiting to be unleashed (and believe me, that last fact depresses the hell out of me). However, movies are work of fiction and I don?t expect reality?I want to be entertained and often people with freakish powers are entertaining as hell. Add to the fact that the person with said freakish powers is the very talented Scarlett Johansson?or as some call her ScarJo?but I call her Lettson?and it seems like I was in for a fun, action-packed romp. The reality? Not even close.

Oh shit, the internet hoax about losing gravity wasn't a hoax after all!


After her boyfriend forces her to make an illicit delivery to a shady man, Lucy (Lettson) finds herself submerged into the world of drug-based crime. An evil drug kingpin named Mr. Jang (Min-sik Choi) had his men surgically place a bag of a powerful drug into her abdomen but when Mr. Jang?s men get too rough with her, the bag ruptures and she begins absorbing the drug. She soon learns that the narcotic is opening up her mind and it seems the more open her brain (or brian, if you spelled it wrong) gets, the less limits are restricting her in nearly every aspect of her reality. 

It's a hell of a drug.


However, this comes at a price as the more she is able to use her mind, the shorter her own morality gets. Quickly, she seeks out the brilliant Professor Norman (Morgan Freeman) in order to show him what the mind is truly capable of and to try to pass on what she?s learned before she dies. The biggest problem is that Mr. Jang is not happy and he?s doing what a lot of drug kingpins do when they are not happy?if I have to spell out what Mr. Jang plans to do then you haven?t seen many movies.

Wait...this kinda looks like another Scarlett Johansson film...


Lucy starts out decent enough. The film is a tad tongue-in-cheek and has some silly?but fun?foreshadowing gags during the opening sequences. Sadly, that?s about as good as the film got for me because the rest of the time the film sits knee-deep in its bad movie science and pseudo-philosophy.  Then, when writer/director Luc Besson isn?t thinking he?s being deep with the film?s dialogue, the film spends the rest of the time feeling like the beginning of the First Act and can?t quit escape into what needs to be a action-packed Second Act and a completely epic Third Act.

"Hey you guys!!!"

One reason that made the movie feel like it was never really making any forward progress was the fact that the film?s antagonist, Oldboy?s Min-sik Choi, isn?t really developed and I never really got a feeling that he actually had some plan he was enacting. A little mystery is good but when I spend the whole movie saying, "What exactly was his operation to begin with?" it makes for a weak film experience and an even weaker antagonist...which, in turn, harms the protagonist by failing to give them a decent barrier to leap over.

But, at least this time his story didn't end with him having sex with his daughter.


Finally, the film ends on a real light note that's complete with an utter lack of luster and is totally underwhelming. When the end of the film is nearing, it feels like the movie is about to hit its nutso Third Act and shit is about to hit the fan?shit was already getting crazy at this point but it felt like it was building to something even more crazy?but then *BAM* the film fades out and ends. It made the entire film feel very empty and, in retrospect, makes all the minor action and conflict I already witness feel unnecessary and almost pointless.

His "trapped in a box" is second-to-none.


Acting wise, the film is very good. Lettson, Freeman and Choi are all doing very well in the film but their characters don?t have much going on with them. Lucy might be the most dynamic and deepest of them all but as the story progressed and her characters gains more abilities and loses her humanity, she started to lose the potential to be the action badass the trailer and early moments of her drug-induced awakening promised and she became very unlikable to me and any depth she might have held was rendered moot. I get that she?s become more logical and less feeling but the amount of innocent people she was willing to mow down in her journey to pass on her knowledge didn?t really make her that good of a character to watch. While Lettson played the character well (except for the moments she is giving an emotional reaction after the character of Lucy says she no longer feels emotions?but more on that soon), the fact is I just wasn?t interested in her character and didn?t really find her that compelling to watch.  To top it off, she would become less and less interesting as the film went on.  In reality, she should have been more interesting as more of her brain is unlocked.

Her character sucks but she knows how to hold a gun like the cool kids do.


Now, finally finally (I know I said the last paragraph was my final issue but what are you going to do?), this movie has a lot of plot holes. Aside from the fact this film pushes the myth about using only 10% of your brain and the constant showing of emotion after Lucy says she no longer feels those pesky things, there are tons of moments in the plot that make no sense and are counterproductive to the whole "Lucy is becoming omnipotent and knows all stuff." Or the fact that Morgan Freeman's character is suppose to be super intelligent but gives off the wrong estimate that is commonly used by the scientific community about how old the planet is (and is off by a couple of billion years).  Or the fact Lucy is giving off medical expertise of certain body parts from x-rays that don't show the body part.  While this seems nitpicky, it?s a reflection of the whole subject of the story and becomes quite laughable when you realize this film took a decade to make and, the whole time, these moments weren't ever researched or given much consideration.

You just read this caption in Morgan Freeman's voice...or you didn't.
I don't know.


And finally finally finally (yes, I know I already said finally twice already), this film is very light on the action. The trailer and promotional material for this film say it is an "action epic" but, aside from a single fight in a hallway where Lucy doesn?t even bother throwing a punch and just levitates her attackers towards the ceiling, I didn?t really see any action sequence in the film that was that memorable or even remotely interesting. 

"I should be angry but this is funnnn!"

I really wanted to like Lucy because I was sold on the trailer and, honestly, seeing Lettson with kick-ass powers that she uses to kick ass seems like a decent popcorn action film that I can zone out to, kick up my feet, and just enjoy. Sadly, the story is pretty weak, the action isn?t very spectacular, and the film?s numerous plot holes ended up making the film pretty forgettable for me.