Para komedian indonesia yang sedang naik daun berusaha keras untuk
masuk ke dalam ranah perfilman. Bisa dianggap, mereka mencoba untuk memperluas
jaringan dan kompetensi mereka untuk menghibur para penonton. Raditya Dika
adalah contoh sukses seorang komedian yang berhasil memperluas bidangnya ke
dalam ranah perfilman Indonesia. Tak satupun dari karya milik Raditya Dika yang
tak menembus angka fantastis. Jelas, langkah ini cukup menjanjikan untuk para
komedian lainnya yang ingin lebih lagi.
Dan salah satunya adalah Ernest Prakasa, seorang Comic ?sebutan para
stand up comedian ?jebolan ajang Stand Up Comedy yang diadakan oleh salah satu
stasiun televisi dalam negeri. Setelah sukses mengadakan tur stand up comedy
bertema ?Illucinati? dan menelurkan 3 buku berjudul Ngenest, Ernest Prakasa
berusaha untuk masuk ke bidang lainnya. Maka, langkah yang diambil oleh Ernest
adalah memvisualisasikan ketiga bukunya ke dalam bentuk film yang ditulis dan
disutradarai sendiri olehnya.
Ernest mendapatkan Starvision untuk menaungi produk audio visual yang
perdana darinya. Jelas, Ernest seperti sedang mempertaruhkan kompetensinya di
dalam dunia perfilman. Ngenest The Movie adalah debut penyutradaraan dari
Ernest Prakasa yang ternyata memiliki presentasi yang sangat mengejutkan.
Ngenest The Movie memiliki performa luar biasa menyenangkan dan tak lupa
memberikan suasana hangat kepada penontonnya.
Dilahirkan sebagai keturunan Cina bukan berarti membuat hidup Ernest
Prakasa mudah. Ketika Remaja, Ernest (Kevin Anggara) diasingkan oleh
teman-temannya karena dia ?berbeda?. Menjadi korban intimidasi dari teman-temannya
tetapi Ernest memiliki seorang teman yang selalu ada dengannya saat Ernest
ditindas oleh teman-temannya. Patrick (Brandon Salim), teman bermain Ernest
yang selalu ada dan itu pun karena mereka berdua berada di ras yang sama.
Ernest pun berusaha keras agar dirinya tak lagi ditindas oleh
teman-temannya karena perbedaan ras tersebut. Dan Ernest memiliki ide untuk
mencari Istri seorang pribumi agar keturunannya tak merasakan hal yang sama
seperti yang dialami olehnya. Ketika beranjak dewasa, Ernest pindah ke bandung
untuk melanjutkan kuliah. Bersama dengan temannya Patrick (Morgan Oey) dia
sama-sama menjalani hidup di sana. Dan di sanalah Ernest bertemu dengan Meira
(Lala Karmela), seorang gadis pribumi yang dicintai oleh Ernest.
Bisa dibilang, film arahan Ernest Prakasa ini adalah sebuah memoir
perjalanan Ernest hingga akhirnya bertemu dan menikah dengan istrinya sekarang.
Dan akan terasa mudah bagi Ernest untuk mengarahkan reka ulang dari
kehidupannya. Tetapi, Ernest tetap menggunakan formula komedi untuk mengarahkan
filmnya yang juga menjadi keahliannya. Dan sebagai sebuah film Indonesia yang
dirilis di akhir tahun, Ngenest The Movie adalah sebuah film komedi cinta-cintaan
yang manis.
Rumus yang digunakan oleh Ngenest The Movie memang sama dengan
beberapa film komedi lainnya. Tetapi, Ernest mengemas Ngenest The Movie bukan
menjadi sebuah drama komedi biasa yang berisi kegalauan. Ernest mengambil
langkah yang lebih besar daripada itu. Alih-alih membuat Ernest menjadi sebuah
film komedi cinta-cintaan remaja, Ernest menjadikan filmnya penuh dengan intrik
isu-isu sosial yang dekat dengan kehidupan
yang ada di sekitarnya.
Isu rasisme kental dan digambarkan kepada karakter-karakter di dalam
filmnya inilah yang berusaha digali oleh Ernest Prakasa. Perjuangan-perjuangan
kemarjinalitasan sebuah ras yang seharusnya tak terjadi tetapi hal itu menjadi
sebuah ?budaya? yang mendarah daging. Dan Ernest berusaha menjadikan Ngenest The
Movie sebuah medium pengangkat eksistensi akan ras tersebut yang sedang
berusaha keras membaur dengan apa yang ada disekitarnya.
Isu sensitif itu diarahkan dengan penuh canda tawa sehingga pemikiran
penonton pun ditumpulkan agar tak membahas terlalu serius dengan hal itu.
Tetapi, tetap menganggap bahwa isu tersebut masih menjadi poin yang perlu
digarisbawahi di negara ini yang katanya adalah negara multikultural. Tak hanya
itu saja isu yang diangkat di dalam film ini, ada isu masalah drama kehidupan
dewasa tentang keturunan yang juga dialami oleh beberapa orang yang telah
membangun rumah tangga.
Meski berpindah isu secara signifikan, Ernest Prakasa masih bisa
menarik sebuah benang merah yang besar antar satu isu tersebut. Sehingga,
Ngenest The Movie tak terpecah menjadi sebuah segmen yang berbeda. Dan di isu
inilah, Ernest berusaha memberi rasa manis dan suasana hangat agar Ngenest The
Movie tak menjadi sebuah film komedi yang sia-sia. Suasana haru sekaligus
meyenangkan yang ditampilkan oleh Ernest akan dengan mudah membuat senyum
simpul di wajah penontonnya secara suka rela.
Hanya saja, Ngenest The Movie seperti masih berada di bayang-bayang
rumah produksi yang menaunginya. Beberapa tensi komedi yang ada di tengah film
mungkin akan ada yang terasa menurun. Tetapi, Ernest Prakasa sebagai seorang
sutradara debutan memang memiliki pengarahan yang mengejutkan. Performa Ngenest
The Movie sangat mengagumkan jika disebut sebagai karya perdana. Ernest
seharusnya akan bisa mengarahkan yang jauh lebih baik lagi meskipun Ngenest The
Movie sudah terkesan berbeda dari film-film Starvision lainnya yang terasa
sangat tematik.
Mungkin, Ngenest The Movie akan terasa memiliki formula yang sama
dengan beberapa film komedi lainnya. Tetapi, Ernest sebagai sutradara debutan
tahu untuk membuat sebuah reka ulang kehidupan pribadinya. Sehingga, Ngenest
the Movie berhasil dikemas secara segar meskipun dengan isu-isu sensitif yang
dia angkat. Secara tak sadar, Ngenest The Movie adalah sebuah medium bagi
Ernest untuk mengingatkan kembali isu tersebut tanpa terlalu dibahas serius.
Dan dengan Ngenest The Movie, jelas penonton akan menantikan film-film arahan
Ernest Prakasa lainnya.
No comments:
Post a Comment