Thursday, 21 January 2016

SINGLE (2015) REVIEW : Komedi Megah Tahun Ini


Tak habisnya di setiap tahun Raditya Dika bertemu dengan para penggemarnya lewat film yang ia buat. Dan tak pernah mati, film-film Raditya Dika selalu berada di angka yang cukup fantastis dalam raihan penonton. Faktor kepiawaiannya dalam memberikan canda tawa kepada penggemarnya yang membuat film-filmnya laris manis di pasaran. Sehingga, tak salah jika Raditya Dika bisa menjadi sebuah brand  dalam perfilman Indonesia.
 
Mengejutkan, ketika biasanya Raditya Dika bekerjasama dengan Star Vision di setiap filmnya, kali ini Raditya Dika bisa menggaet rumah produksi Soraya Intercine Films sebagai naungannya. Dan mengagetkan pula, Raditya Dika diberi kesempatan untuk sekali lagi mengarahkan dan menulis naskah untuk filmnya sendiri. Single, karya terbaru miliknya ini masih menggunakan dirinya sebagai pemeran utamanya dan komedi sebagai pilihan genre-nya.

Raditya Dika masih menggunakan formula yang sama di setiap filmnya. Patah hati, kesepian, dan perjuangan untuk mendapatkan kekasih yang diolah dan diperlihatkan kesedihan mereka dengan beberapa candaan dan celaan yang bisa mengundang tawa penontonnya. Single pun masih ditangani secara sama oleh Raditya Dika. Hanya saja, Single tampil begitu prima dan sangat menonjol dibandingkan karya-karya milik Raditya Dika sebelumnya. 


Ebi (Raditya Dika), seorang pejuang cinta yang sedang berkelana mencari seorang dambaan hati. Banyak sekali cara yang dilakukan oleh Ebi untuk berkenalan dengan banyak gadis berparas cantik tetapi tak ada satu pun yang bisa ditaklukkan olehnya. Ebi dibantu oleh teman-temannya, Victor (Babe Cabita) dan Wawan (Pandji Pragiwaksono) di setiap kisah perjuangannya mendapatkan kekasih. Ketika Ebi mulai lelah, dia pun bertemu dengan seorang wanita cantik.

Wanita cantik itu benama Angel (Anissa Rawles), teman satu komplek kos yang didiami Ebi dan teman-temannya. Ebi pun terpanah asmara oleh pandangan Angel yang cantik bak bidadari. Ebi pun jatuh cinta dan berjuang keras agar Angel tak luput dari pandangannya. Tetapi, perjuangan Ebi tak semudah itu. Dia harus berhadapan dengan Alva (Chandra Liow), pria yang dianggap kakak oleh Angel. Alva sudah menyukai Angel sejak kecil dan tak pernah menjadi kekasihnya. Ebi dan Alva bermusuhan untuk mendapatkan hati Angel. 


Cerita yang diangkat oleh Raditya Dika pun masih sama dengan beberapa film yang dia bintangi atau yang dia buat. Tetapi, cerita-cerita picisan seperti inilah zona yang selalu bisa Raditya Dika mainkan. Bisa jadi, Raditya Dika adalah raja dari zona cerita kisah perjuangan cinta beserta kalimat-kalimat mutiara moderen tentang cinta. Sehingga tak salah jika Single masih menggunakan formula yang repetitif dari Raditya Dika sebagai empunya fim ini.

I?tikad baik dari Raditya Dika di film ini adalah ketika Single digunakan sebagai medium koreksi dari kesalahan-kesalahan karya terdahulu yang dia buat. Raditya Dika belajar dari kesalahan dan ketika Soraya Intercine Films mempercayakan proyek ini sepenuhnya kepada Raditya Dika, dia tak mau membuat kesempatan ini sia-sia. Alhasil, Single menjadi sebuah sajian komedi cinta tentang lelaki tuna asmara yang bermain secara apik.

Poin unggul dari Single adalah naskah yang ditulis dari Raditya Dika. Bagaimana Dika berhasil berkembang dalam menulis naskah untuk proyek terbarunya. Memiliki banyak sekali storyline yang sebenarnya keluar dari zona aman tetapi tak lupa formula lama yang dia usung. Beruntungnya, formula usang yang dia gunakan di film terbarunya bisa terkesan menyenangkan dan lebih dinamis ketimbang film-film sebelumnya. Dan hal inilah yang membuat film Single memiliki keunggulan dari karya-karya sebelumnya. 


Penyakit lama yang biasa diidap oleh film-film garapan Raditya Dika adalah inkonsistensi dari persebaran humor yang ada di dalam filmnya. Single memang tak bisa lepas dari penyakit itu, hanya saja prosentase inkonsistensi itu tak terlalu banyak sehingga Single mampu berjalan lancar untuk menghibur penontonnya. Guyonan milik Dika yang ada di film Single pun bisa dibilang naik tingkat. Tak hanya bermodal humor slapstik, tetapi ada beberapa humor pintar yang terkesan murahan.

Film Single ini pun terasa beda karena Raditya Dika memberikan sebuah drama keluarga yang hangat. Ini adalah sebuah turning point dari film Raditya Dika yang biasanya hanya mengumbar hura-hura dan kegalauan luar biasa. Dan selalu, Soraya Intercine Films bisa membuat film-film yang ada di bawah naungannya menjadi film yang terlihat megah. Dan hal itulah poin lain yang membuat film Single arahan Raditya Dika ini terlihat sangat berbeda dan lebih menonjol ketimbang karya lainnya. 


Pun, dipermanis dengan anthem patah hati baru dari Geisha yang dengan mudah terinseminasi ke dalam otak penontonnya. Ya, film Single memiliki sebuah soundtrack antemik yang dapat mengingatkan penontonnya ketika selesai menonton film ini. Soundtrack itu tampil ke dalam sebuah adegan yang terasa menjemukan, tetapi entah kenapa Raditya Dika memiliki arahan kuat yang bisa membuat adegan itu terasa menyenangkan untuk diikuti. Seperti mengikuti hidup Ebi yang sedang merana dan berjuang untuk mendapatkan cintanya.

Maka tak salah, jika film Single dari Raditya Dika lagi-lagi akan mencetak angka fantastis dalam raihan penontonnya. Raditya Dika memiliki kans yang besar untuk mendapatkan sorotan dari para penonton dan penonton tak akan merasa kecewa setelah menonton film ini. Film Single adalah bukti dari kedigdayaan Raditya Dika dalam mengarahkan sebuah film. Raditya Dika berhasil mengoreksi setiap kesalahan yang dia buat dan meminimalisir hal itu ke dalam film Single. Meskipun, beberapa penyakit lama masih ada di dalam film ini. Akan tetapi film Single punya banyak poin unggul. 


No comments:

Post a Comment