Fujiko F. Fujio memang sudah wafat beberapa tahun lalu. Tetapi,
siapa yang tak kenal Fujiko F. Fujio lewat karyanya, Doraemon, robot kucing
asal Jepang yang dikirim dari masa lalu? Sosok itu memang sudah legendaris
lewat komik, anime series, dan
beberapa film panjang. Di tahun 2014, sosok Doraemon kembali dihidupkan lewat
film yang digadang-gadang menjadi babak perpisahan antara Doraemon dan Nobita. Babak
terakhir itu berjudul Stand By Me.
Ryuichi Yagi
dan Takashi Yamazaki menjadi komandan tertinggi untuk mengarahkan film Doraemon
dalam versi 3D-animated CGI ini.Tak salah jika di Indonesia ikut memiliki demand yang besar saat menyambut film panjang robot kucing satu
ini. Karena salah satu stasiun televisi lokal di Indonesia sampai sekarang
masih memutarkan seri dari Doraemon dan nobita ini. Stand By Me memiliki
pasar yang sangat besar saat perilisan perdananya di Indonesia.
Stand By Me sendiri kembali lagi bercerita tentang bagaimana seorang anak
bernama Nobita (Megumi Ohara) bertemu dengan Doraemon (Wasabi Mizuta). Nobita
yang tidak berbakat dalam bidang apapun ini ternyata berpengaruh terhadap masa
depannya. Soby, keturunan keempat menjadi dampak dari kemalasan nobita di masa
sekarang. Akhirnya, Soby memutuskan untuk mengajak robot kucing dari masa depan
untuk membantu kehidupan Nobita yaitu Doraemon.
Doraemon pun tidak bisa kembali ke masa depan karena harus mengemban
misi untuk membuat Nobita berhasil dan senang. Lama kelamaan, kehidupan Nobita
semakin membaik dengan bantuan dari alat-alat dari masa depan milik Doraemon.
Hingga suatu ketika, kehidupan Nobita yang semakin membaik itu membuat dirinya
harus berpisah dengan sahabat baiknya, robot kucing kesayangannya, dan orang
yang membantunya itu.
Stand By Me sendiri mungkin hanya beberapa rangkuman,
potongan-potongan adegan dari cerita-cerita lama milik Fujiko F. Fujio yang sudah
dipublikasikan lewat komik atau seri anime-nya sendiri. Akan ada beberapa
bagian yang sebenarnya sudah pernah ditayangkan atau pernah dibaca sebelumnya
oleh anak-anak generasi 90-an yang sangat setia mengikuti seri ini. Sehingga,
masalah plot di dalam film Stand By Me ini adalah kurang adanya inovasi di dalam ceritanya, berbeda dengan film-film Doraemon lainnya.
Sebut saja Doraemon dan Legenda
Raja Matahari, Tersesat di Luar
Angkasa, Robot Kingdom, Doraemon dan Kerajaan Angin dan yang
terakhir menyapa penonton bioskop Indonesia adalah Nobita and Dinosaur. Film-film itu memiliki satu cerita panjang
yang berbeda dari seri-seri yang sudah ditayangkan di televisi. Sehingga,
menontonnya di bioskop akan menjadi keuntungan tersendiri. Tetapi, kemagisan
Stand By Me bukanlah dari plot cerita yang besar dan megah. Melainkan dari rasa
Nostalgia yang ditawarkan dengan sangat tulus oleh Ryuichi Yagi dan Takashi
Yamazaki.
Dalam 95 menit durasinya, Stand By Me pun tidak terlalu bertele-tele
untuk mengenalkan lagi karakter-karakter di dalamnya. Shizuka, Suneo, dan Giant
pun tak berlu background cerita yang kuat agar karakter-karakter mereka terasa
nyata. Takashi Yamazaki selaku penulis cerita pun memfokuskan cerita ini untuk
Nobita dan Doraemon agar penonton merasakan kedekatannya agar merasakan sisi
emosional di akhir cerita. Untuk generasi yang sudah dekat dengan film Doraemon
pun, kehadiran Shizuka, Giant, dan Suneo yang hanya sebatas ada pun rasanya
tidak terlalu memiliki efek minor.
Tetapi, untuk penonton awam yang tak terlalu dekat dengan seri ini pun
tak perlu khawatir merasa terganggu dengan kehadiran mereka. Kehadiran karakter-karakter ini pun tetap bisa menghibr mereka. Stand By Me
sepertinya sepenuhnya ditujukan kepada orang-orang yang sudah tumbuh dan berkembang
bersama Doraemon semenjak kecil. Maka dari itu, Takashi Yamazaki pun seperti
menggali lagi kenangan-kenangan indah para penonton setianya dengan
serpihan-serpihan adegan di dalam film Stand By Me dan memunculkan rasa
nostalgia itu.
Selain suka duka kehidupan Nobita, ada intrik time travel yang akan
menambah manisnya cerita di film Stand By Me. Ada selipan pesan-pesan moral
sentimentil untuk menambah nyawa dan kehangatan cerita dalam filmnya. Apa yang
kamu lakukan sekarang, berimbas dengan masa depan. Hal itu direpresentasikan ke
dalam kehidupan karakter Nobita yang harus berkerja keras agar masa depannya baik-baik
saja. Tak hanya sisi hangatnya sebuah cerita saja, penonton pun akan terhibur dengan
tingkah laku para karakternya.
Ada guyonan-guyonan khas Fujiko F. Fujio di dalam seri anime atau
komiknya yang masih melekat di dalam film Stand By Me. Sehingga, film ini masih memiliki semangat dan cita rasa klasik ala Fujiko F. Fujio meskipun
memiliki visualisasi yang diperbarui lewat 3D-Animated
CGI yang digarap oleh Shin-Ei
Animation. Visualisasi yang semakin diperbarui itu pun diperkuat dengan
gambar-gambar yang sangat cantik dan semakin membuat karakter di dalam film ini
menggemaskan. Meski kualitas animasi 3D-Animated
CGI di film ini masih jauh dari film-film milik Dreamworks apalagi Pixar.
Tetapi, masih ada gambar-gambar dan warnanya yang menarik untuk memanjakan
mata.
Adanya semangat, cita rasa, dan cerita-cerita yang masih loyal dari
seri-seri milik Fujiko F. Fujio di dalam film Stand By Me ini, akan memunculkan
rasa nostalgia yang sangat kental. Setelah perjalanan yang menyenangkan dari
awal, pelan-pelan Ryuichi Yagi dan Takashi Yamazaki membangun sisi emosional di
dalam filmnya. Ketulusan bertutur dari Ryuichi Yagi dan Takashi Yamazaki akan
dengan mudah menyentuh hati penontonnya dan air mata yang menetes dari mata
penontonnya akan menjadi pemandangan yang lumrah terjadi. Anggap saja, itu adalah hasil dari effort
bertutur mereka yang hangat.
Stand By Me akan menjadi ajang nostalgia untuk para generasi yang
tumbuh dan berkembang bersama Doraemon dan Nobita. Plot yang diusung oleh Stand
By Me pun hanya adaptasi dari beberapa komik Doraemon dan dirangkum ke dalam 95
menit durasinya. Tetapi, ketulusan bertutur dari Ryuichi Yagi dan Takashi
Yamazaki akan memberikan effort yang
luar biasa kepada penontonnya. Para penonton akan dengan rela menyumbang
air mata bahagianya untuk kerja keras mereka yang telah menghadirkan kembali
sosok robot kucing dari masa depan ini.
(Note : Film ini hanya ditayangkan di jaringan bioskop Blitz Megaplex, Cinemaxx, dan juga Platinum Cineplex. Untuk penonton daerah Jawa Timur, Film ini hanya bisa disaksikan di Platinum Cineplex, Sun City Mall Sidoarjo)
(Note : Film ini hanya ditayangkan di jaringan bioskop Blitz Megaplex, Cinemaxx, dan juga Platinum Cineplex. Untuk penonton daerah Jawa Timur, Film ini hanya bisa disaksikan di Platinum Cineplex, Sun City Mall Sidoarjo)
Doraemon : Stand By Me pun didukung dengan format tiga dimensi di
dalam filmnya. Berikut review format tiga dimensi dalam film ini.
Film ini ditonton di Platinum Cineplex Sun City Sidoarjo. Experience
menonton tiga dimensi bisa saja berbeda dari satu bioskop dengan bioskop
lainnya.
DEPTH
Tidak ada kedalaman yang signifikan di dalam filmnya. Hanya di
beberapa setting tempat saja film ini menghasilkan effect kedalaman yang
cantik.
POP OUT
Efek Pop-Out akan selalu menyapa penontonnya ketika menonton Doraemon
: Stand By Me dalam format tiga dimensi. Mulai dari serpihan salju, asap,
hingga karakter-karakter menggemaskan, terutama Doraemon.
Menonton Doraemon : Stand By Me dalam sebuah layar lebar sudah
memberikan efek nostalgia yang sangat luar biasa. Apalagi, diperkuat dengan
efek tiga dimensi yang memberikan pengalaman menonton yang lebih menyenangkan.
Sehingga, Doraemon : Stand By Me pun menjadi sebuah pengalaman menonton yang
tak akan terlupakan.
(PS : Doraemon : Stand By Me
bukanlah film terakhir dari Doraemon. Masih akan ada kisah selanjutnya dari
petualangan Doraemon dan Nobita.)
No comments:
Post a Comment