Menjadi sebuah peran kecil di suatu film layar lebar lantas tak
membuat beberapa karakter ini menjadi tak memiliki sorotan. Scrat di Ice Age, Aliens di Toy Story, dan Minions di Despicable Me adalah
karakter sampingan yang secara tak sengaja memiliki sorotan lebih dari
penonton. Dan dewi fortuna berpihak kepada Minions
yang pada akhirnya menjadi karakter yang disayangi oleh penontonnya karena
tingkah lakunya yang menggemaskan. Dan juga, bahasa yang mereka gunakan dalam
melakukan percakapan sehari-hari.
Karena ingin tak hanya dijadikan sebuah gimmick dalam film Despicable Me, Pierre Coffin memiliki
berbagai juta alasan untuk menghadirkan Minions dalam sebuah satu film dengan
durasi penuh 90 menit. Dalam Despicable
Me seri kedua, Minions memang benar-benar mengambil alih screening time karakter-karakter
utamanya. Dan hal tersebut mengakibatkan kacaunya plot utama yang harus berkorban demi karakter sampingan tersebut.
Dan Pierre Coffin mempersembahkan sebuah cerita orisinil dari makhluk kuning
yang mendukung kegiatan kejahatan Gru ini.
Sebuah spin-off yang
ditujukan kepada para makhluk kuning menggemaskan ini tetap disutradarai oleh
sang sutradara dari Despicable Me,
Pierre Coffin. Film stand alone dari
makhluk kuning ini pun berjudul sama dengan nama makhluk tersebut, Minions.
Tentu, film Minions hadir sebagai sebuah kesempatan besar bagi makhluk kuning
itu mendapatkan sorotan penuh. Hanya saja, Minions belum bisa menjadi sebuah
hidangan utama yang lezat. Tak sama seperti saat mereka menjadi sebuah hidangan
pendamping.
Minions menceritakan sebuah cerita orisinil tentang para makhluk
kuning itu. Mereka adalah asisten dari para penjahat yang ada di dunia. Mereka
berpindah dari satu majikan ke majikan yang lain karena kecerobohan mereka yang
selalu membuat nyawa majikan mereka terancam. Para Minions pun diburu dan tidak
diinginkan lagi keberadaannya. Mereka pun tak memiliki majikan yang menyebabkan
mereka tak memiliki semangat hidup lagi.
Dan Kevin, Stuart, dan juga Bob berusaha untuk menjadi Minions yang
berani lagi mencari majikan yang pas bagi mereka. Mereka berpetualang untuk
mencari majikan yang pas bagi mereka. Hingga suatu saat, mereka berada di
sebuah pameran untuk orang-orang jahat dan bertemu dengan penjahat terkenal,
Scarlett Overkill (Sandra Bullock). Kevin, Stuart, dan Bob menjadi asisten bagi
Scarlett Overkill dan misi pertama mereka adalah mencuri mahkota ratu Inggris.
Minions bisa dibilang adalah spin-off
dan sekaligus menjadi sebuah prekuel bagi kehidupan kejahatan Gru dalam
film Despicable Me. Minions mengambil setting waktu beberapa tahun sebelum dia
bertemu dengan Gru. Sebagai sebuah prekuel, Minions memiliki beberapa poin
menarik yang menjadi trivia bagi para
fans seri Despicable Me. Mereka jadi
tahu seperti apa dan bagaimana awal mula Gru memiliki Minions sebagai asisten
mereka dalam melakukan tindakan kejahatan.
Sayangnya, sebagai sebuah Spin-Off,
Minions gagal menjadi sebuah tontonan yang mengesankan penontonnya. Dengan
adanya Minions, hal ini membuat Despicable
Me seri pertama menjadi sebuah keberuntungan pemula dari sang sutradara.
Minions pun seperti sebuah film yang seharusnya bisa berhenti dalam durasi
paling maksimal 60 menit. Tetapi, durasi minions yang hanya 82 Menit terasa
banyak sekali plot yang terlalu panjang dan beberapa adegan hadir untuk
memenuhi durasi.
Kehadiran Minions dalam Despicable Me menjadi salah satu adegan yang
akan dinantikan oleh penontonnya. Tetapi, berbeda ketika para makhluk kuning
itu selalu hadir di sepanjang durasinya, mereka benar-benar tidak memiliki daya
tarik lebih ketika memiliki origin story-nya
sendiri. Hanya dengan bermodalkan beberapa dialog abstrak yang diadaptasi dari
berbagai bahasa di dunia juga pengantar narasinya, Minions akan dengan mudah membuat
penontonnya kelelahan untuk berusaha mengerti apa yang disampaikan oleh
Minions.
Kurang adanya relevansi bahasa atau pun sikap yang dilakukan oleh
Minions terhadap penontonnya, membuat penonton tak memiliki rasa simpati lebih
terhadap karakter Kevin, Stuart, atau pun Bob. Bahkan, karakter layaknya
Scarlett Overkill tak bisa membuat plot utama dari film ini bergerak dengan
lancar. Ada yang hilang dari karakter-karakter di dalamnya, tak ada nyawa yang
bisa menggerakkan koneksi penonton dengan filmnya.
Layaknya para penjahat di dalam filmnya, film Minions memiliki suasana
hati yang dingin. Pierre Coffin tak memikirkan sedikitpun keikutsertaan suasana
hati penontonnya agar bisa menjaga relevansi di sepanjang 89 menit durasinya.
Bahkan, tingkah laku menggemaskan para Minions pun telah dirilis lewat trailer-nya. Maka, hasilnya, tak ada
sama sekali kejutan-kejutan manis yang berhasil membuat penontonnya pun
tertawa. Hanya beberapa bagian yang akan membuat senyum simpul, bahkan untuk
anak-anak.
Maka, bersyukurlah Minions masih memiliki kualitas animasi yang sangat
mengagumkan. Detil-detil setiap gambar di dalam adegan film Minions mampu
membuat penonton betah untuk melihatnya. Dan kekuatan dari Minions adalah
desain karakter Minions yang unik dan juga menggemaskan, meski tak bisa
diaplikasikan ke dalam tingkah lakunya di dalam film. Pun ada satu momen untuk
penonton Indonesia di mana Minions mengucapkan beberapa bahasa Indonesia di
dalam filmnya. Setidaknya Minions memiliki suatu Intermezzo untuk dibicarakan.
Dan benar, karakter Minions sebagai seorang pendamping atau bahkan
bisa dibilang Cameo di dalam film Despicable
Me, tak bisa memiliki sinar yang sama ketika mereka mendapatkan kesempatan
untuk bermain di dalam filmnya sendiri. Film Minions tak ubahnya menjadi sebuah
film animasi yang ada hanya untuk memuaskan para fans dari Minions. Nyatanya, keberadaan Minions yang selalu muncul
di sepanjang durasi malah membuat penontonnya tak memiliki relevansi dengan
mereka. Maka, Minions hanya tepat disajikan sebagai makanan pendamping dalam Despicable Me.
No comments:
Post a Comment