Satu persatu ?teman-teman?
semasa kecil mulai diangkat kembali. Memberikan kembali sinar kepada mereka
karakter-karakter yang sudah mulai meredup tetapi setia menemani perjalanan
hidup anak-anak pada masa itu. Banyak sekali karakter-karakter di masa itu
dikenalkan kembali di masa sekarang hanya untuk sekedar dikenalkan pada
generasi baru di masa ini atau hanya memberikan efek nostalgia dengan
karakter-karakter tersebut.
Kali ini giliran para kura-kura mutasi yang jago bermain ninjutsu di
dalam film Teenage Mutant Ninja Turtles kembali diberikan kesempatan sekali
lagi lewat film layar lebar live action.
Setelah sempet pernah ada beberapa tahun
silam karakter ini kembali lewat film layar lebar tetapi dalam versi animasi. Michael Bay duduk
di kursi produser dan Jonathan Liebesman sebagai kaki tangannya untuk mengarahkan
para kura-kura ninja ini.
Teenage Mutant Ninja Turtles pun me-restart cerita di mana perusahaan
Sacks yang hancur lebur karena kebakaran. Kehancuran perusahaan milik Eric
Sacks (William Ficthner) ini adalah ulah foot clan yang mencoba mencuri serum
yang disuntikkan kepada empat kura-kura bernama Leonardo, Raphael,
Micheangello, dan Donatello.
Beberapa tahun berikutnya, April O?neil (Megan Fox) seorang jurnalis
dari Channel 6 berusaha untuk mencari tahu kasus-kasus milik Foot Clan. Hingga
suatu saat, April memergoki Foot Clan sedang menjalankan misinya dalam
melakukan kejahatan. Hal tersebut membawa April O?neil bertemua dengan
kura-kura yang termutasi tersebut. Mereka tumbuh dan berkembang menjadi sosok
yang dapat menyelamatkan New York dari kejahatan Shredder (Tohoru Masamune).
Bay?s talking reptile pet.
Teenage Mutant Ninja Turtles is back. Tetapi, lampu kuning masih
menyala ketika film ini ternyata diolah oleh Michael Bay. Ya, meskipun Michael
Bay duduk di kursi produser untuk proyek ini rasa was-was juga masih menghantui
hasil dari film ini. Dan cukup ditakutkan lagi oleh tangan yang mengarahkan
Teenage Mutant Ninja Turtles ini adalah Jonathan Liebesman yang gagal dalam
mengarahkan Battle : Los Angeles.
Jonathan Liebesman tentu harus melakukan banyak hal agar membangun
reputasi yang baik dan bisa jadi Teenage Mutant Ninja Turles bisa dijadikan
batu loncatannya baginya. Tetapi, kesempatan itu belum juga digunakan dengan
baik oleh sang sutradara. Alih-alih digunakan batu loncatan, Teenage Mutant
Ninja Turtles hanyalah replika dari kegagalan Battle : Los Angeles miliknya dengan gaya yang lebih stylish dan
pusing ala-ala Michael Bay untuk film Transformers
miliknya.
Opening film ini digunakan
untuk menjelaskan kronologi cerita yang bisa dibilang cukup singkat. Ya,
Jonathan Liebesman tak perlu banyak basa-basi terhadap sosok Teenage Mutant
Ninja Turtles. Segala cerita berjalan cepat dengan naskah yang mediocre. Naskah
yang ditulis ramai-ramai oleh Josh Appelbaum, Andre Nemec, dan juga Evan
Daugherty ini pun mencoba untuk terlihat fun dan lincah layaknya tingkah laku
para kura-kura di film ini. Sayangnya, arahan dari Jonathan Liebesman yang
masih belum kuat sehingga tidak ada nyawa untuk filmnya.
Para penulis naskah sudah susah-susah memberikan banyak sekali
referensi pop culture amerika
terlebih tentang film supaya Teenage Mutant Ninja Turtles bisa mengajak
penontonnya tertawa riuh saat menontonnya. Potensi terkuat yang dimiliki oleh
Teenage Mutant Ninja Turtles yang setidaknya bisa membuat film ini menghibur
pun tidak diindahkan oleh Jonathan Liebesman. Jokes cerdas itu terasa sia-sia
dibuat dengan arahan Jonathan Liebesman yang ala kadarnya. Begitu pun dengan
beberapa jokes slapstick murahan yang tidak malah membuat penontonnya
tersenyum.
Kesalahan lain dari Teenage Mutant Ninja Turtles adalah memaksakan
setiap tribute dari seri kartun, live
action pada jamannya waktu itu untuk ada di film ini. Trademark yang sudah melekat pada karakter kura-kura ninja ini pun
terpaksa ada agar memberikan efek nostalgia bagi penontonnya. Mungkin akan
tepat sasaran untuk para penggemarnya, tetapi untuk orang yang tidak mengikuti
karakter ini semua akan datang secara tiba-tiba. Bukan untuk dikenang lagi
sehingga para penonton awam juga akan ikut mengingat trademark dari karakter
kura-kura ninja ini.
Lalu, apa yang diharapkan di dalam Teenage Mutant Ninja Turtles?
Cerita? Bukan. Poin cerita untuk film ini adalah bagian terburuk dari filmnya.
Dari durasinya yang sepanjang 100 menit ini, cerita bukanlah hal yang penting
untuk ditilik lebih dalam. Plot pun
setipis kertas, mungkin dalam durasi sekitar 45 menit semua cerita berhasil
disampaikan. Cerita hanyalah sebagai pemanis untuk film ini, berada di barisan
paling belakang tanpa ada penanganan yang cukup baik. Maka, tentu penonton akan
tahu ke mana sisa durasi itu akan menuju.
Ya, sisanya durasi tentu digunakan sebagai action sequences dengan penuh CGI
yang terlalu panjang sehingga tidak bisa menemukan unsur yang fun di
dalamnya. Lihat, siapa yang berada di kursi produser di film ini. Tentu, action sequences untuk film ini pun
disajikan ala Michael Bay. Akan banyak sekali ditemukan trademark milik Michael Bay di film ini.
Ledakan dan hancurnya kota
yang juga masih menggunakan gaya milik Michael Bay. . Dengan beberapa trademark
milik Michael Bay yang digunakan di film ini, membuat Teenage Mutant Ninja
Turtles tidak memiliki hal yang baru. Everything
in this movie was been-there done-there and without some innovation. Dan, tidak ada sedikitpun serpihan-serpihan kota hancur yang berhasil memporak porandakan make-up tebal milik Megan Fox.
Tentu, Teenage Mutant Ninja Turtles adalah perjalanan yang cukup
melelahkan. Bukan hanya dalam segi cerita, tetapi juga dengan action sequences-nya yang juga terlalu
banyak CGI yang akan memusingkan mata
pun terlalu panjang. Akhirnya, Teenage Mutant Ninja Turtles akan menjadi
tontonan yang cukup menyakitkan untuk ditonton. Well, called this Transformers in talking reptile version. Because there is nothing more than that. Duh!
Teenage Mutant Ninja Turtles pun hadir menyapa penontonnya dalam
format 3D. Berikut adalah review dari efek 3D film ini.
POP OUT
Cukup memberikan efek pop out yang asik untuk menyapa penontonnya.
Meskipun tak seberapa banyak tetapi cukup asik
DEPTH
Kedalaman yang cukup bagus untuk format 3D-nya. Memaksimalkan setting
film ini.
Jika efek minor terjadi pada keseluruhan isi dalam film Teenage Mutant
Ninja Turtles. Maka, efek 3D dalam film ini akan cukup memberikan sensasi
menyenangkan. Ya, Teenage Mutant Ninja Turtles tentu harus disaksikan dalam
format 3D.
No comments:
Post a Comment